Bagian-2/4, Pembahasan Soal Olimpiade Nasional Kimia 2025 di Amerika

Minggu, 20 Juli 2025 edit

Berikut adalah pembahasan soal olimpiade kimia tingkat nasional bagian soal pilihan ganda di Amerika yang dapat digunakan sebagai bahan latihan persiapan mengikuti kompetisi serupa di Indonesia. Beberapa kali terdeteksi soal-soal OSN-K di Indonesia mengadopsi soal dari kompetisi di negara tersebut. Jumlah soal ada 60 butir (terjemahan) yang pembahasannya dibagi menjadi 4 bagian, @15 butir soal.

Soal #16

Platinum mengkristal dalam sel satuan kubus berpusat muka. Jari-jari atom platinum adalah 139 pm. Berapa densitas platinum padat?

  1. 5,33 g cm-3
  2. 7,54 g cm-3
  3. 18,6 g cm-3
  4. 21,3 g cm-3

Penyelesaian Soal #16

Untuk menghitung densitas platinum (Pt) yang mengkristal dalam struktur kubus berpusat muka (FCC), dapat mengikuti langkah berikut:

Langkah 1: Tentukan jumlah atom per sel satuan

  • Struktur FCC memiliki 4 atom per sel satuan
  • (8 sudut × 1/8) + (6 muka × 1/2) = 4 atom

Langkah 2: Hubungkan jari-jari atom dengan panjang sisi kubus (a)

Pada struktur FCC, hubungan antara jari-jari atom (r) dan panjang sisi (a):

$$4r = a\sqrt{2} \Rightarrow a = \dfrac{4r}{\sqrt{2}} = 2r\sqrt{2}$$

Dengan r = 139 pm = 139 × 10-12 m:

$$\begin{aligned} a &= 2 × 139 × \sqrt{2} \\ &= 393,2 \text{ pm} \\ &= 3,932 × 10^{-8} \text{ cm} \end{aligned}$$

Langkah 3: Hitung volume sel satuan

$$\begin{aligned} V &= a^3 \\ &= (3,932 × 10^{-8} \text{ cm})^3 \\ &= 6,079 × 10^{-23} \text{ cm}^3 \end{aligned}$$

Langkah 4: Hitung massa sel satuan

  • Massa molar Pt = 195,08 g/mol
  • Massa 4 atom Pt: $$\dfrac{4 × 195,08 \text{ g/mol}}{6,022 × 10^{23} \text{ atom/mol}} = 1,296 × 10^{-21} \text{ g}$$

Langkah 5: Hitung densitas

$$\begin{aligned} \rho &= \dfrac{\text{massa}}{\text{volume}} \\ &= \dfrac{1,296 × 10^{-21} \text{ g}}{6,079 × 10^{-23} \text{ cm}^3} \\ &= 21,32 \text{ g cm}^{-3} \end{aligned}$$

Verifikasi:

  • Nilai literatur densitas Pt = 21,45 g/cm3
  • Perbedaan kecil karena pembulatan dalam perhitungan

Jawaban yang benar adalah D. 21,3 g cm-3.

Soal #17

Pernyataan mana tentang belerang elemental (S8) yang benar?

  1. Belerang monoklinik menyublim pada tekanan 1 bar
  2. Belerang monoklinik lebih padat daripada belerang ortorombik
  3. Belerang monoklinik tidak stabil secara termodinamika di atas 119,6 °C
  4. Belerang monoklinik berubah secara eksotermik menjadi belerang ortorombik

Penyelesaian Soal #17

Berdasarkan diagram fase S8 yang diberikan, analisis setiap pernyataan:

Opsi Analisis Kebenaran
A
  • Pada 1 bar (≈1 atm), belerang monoklinik
    meleleh pada 119,6°C, bukan menyublim
  • Sublimasi terjadi pada tekanan di bawah
    3,8×10-6 bar
Salah
B
  • Belerang monoklinik terbentuk pada suhu
    tinggi (>95,6°C)
  • Bentuk ortorombik lebih stabil di suhu rendah
    dan lebih padat
Salah
C
  • Pada 119,6°C terjadi transisi monoklinik
    → cair
  • Di atas 95,6°C, monoklinik stabil secara
    termodinamika
Salah
D
  • Transisi monoklinik → ortorombik terjadi
    pada pendinginan
  • Proses eksotermik (melepas panas) karena
    ke bentuk lebih stabil
Benar

Penjelasan Diagram Fase:

  1. Titik Tripel: 95,6°C (ortorombik ↔ monoklinik ↔ cair)
  2. Titik Leleh Monoklinik: 119,6°C pada 1 bar
  3. Transisi Fase:
    • Monoklinik → ortorombik: eksotermik
    • Ortorombik → monoklinik: endotermik

Jawaban yang benar adalah D. Belerang monoklinik berubah secara eksotermik menjadi belerang ortorombik.

Soal #18

Sel satuan fluorit padat, CaF2, ditunjukkan di bawah ini. Pernyataan mana tentang fluorit yang benar?

  1. Fluorit memiliki sel satuan kubik primitif
  2. Lingkaran terbuka yang lebih besar mewakili atom Ca dan lingkaran tertutup yang lebih kecil mewakili atom F
  3. Lingkaran terbuka yang lebih besar memiliki enam tetangga terdekat berupa lingkaran terbuka besar lainnya yang tersusun dalam oktahedron
  4. Lingkaran tertutup yang lebih kecil memiliki delapan tetangga terdekat berupa lingkaran terbuka besar yang tersusun dalam kubus

Penyelesaian Soal #18

Struktur fluorit (CaF2) memiliki karakteristik berikut:

Opsi Analisis Kebenaran
A
  • Fluorit memiliki sel satuan kubik berpusat
    muka (FCC)
    untuk ion Ca2+
  • Bukan kubik primitif
Salah
B
  • Lingkaran besar (Ca2+) biasanya digambar terbuka
  • Lingkaran kecil (F-) digambar tertutup
  • Ukuran sesuai dengan jari-jari ionik (Ca2+ > F-)
Benar
C
  • Setiap Ca2+ dikelilingi 8 F-
    (koordinasi kubik)
  • Tidak membentuk oktahedron dengan Ca2+ lain
Salah
D
  • Setiap F- dikelilingi 4 Ca2+
    (koordinasi tetrahedral)
  • Bukan 8 Ca2+ dalam koordinasi kubik
Salah

Struktur Fluorit Secara Detail:

  1. Susunan Ion:
    • Ca2+: Posisi FCC (4 atom/sel)
    • F-: Mengisi semua lubang tetrahedral (8 atom/sel)
  2. Geometri Koordinasi:
    • Ca2+: 8 F- (kubus)
    • F-: 4 Ca2+ (tetrahedron)
  3. Rasio Ion: Sesuai rumus CaF2 (4 Ca2+ : 8 F- per sel satuan)

Jawaban yang benar adalah B. Lingkaran terbuka yang lebih besar mewakili atom Ca dan lingkaran tertutup yang lebih kecil mewakili atom F.

Catatan Visual:

  • Dalam diagram kristalografi standar:
    • Ion besar (Ca2+) = lingkaran terbuka
    • Ion kecil (F-) = lingkaran tertutup
  • Perbedaan ukuran sesuai rasio jari-jari ionik Ca2+ (114 pm) vs F- (133 pm)

Pertanyaan 19 dan 20 menggunakan data termodinamika berikut:

Zat ΔH°f, kJ mol-1 ΔG°f (298 K), kJ mol-1 S°, J mol-1 K-1
Cl2(g) 0 0 223,1
PCl3(g) -287,0 -267,8 311,8
PCl5(g) -374,9 - 364,4

Soal #19

Berapa nilai Kp untuk reaksi fase gas PCl3 dengan Cl2 pada 450 K?

PCl3(g) + Cl2(g) → PCl5(g)

  1. 19,8
  2. 2,02 × 104
  3. 3,17 × 106
  4. 1,60 × 1010

Penyelesaian Soal #19

Langkah 1: Hitung ΔH° dan ΔS° reaksi

Reaksi: PCl3(g) + Cl2(g) → PCl5(g)

Parameter Perhitungan Nilai
ΔH°reaksi ΔH°f(PCl5) - [ΔH°f(PCl3) + ΔH°f(Cl2)] (-374,9) - [(-287,0) + 0] = -87,9 kJ/mol
ΔS°reaksi S°(PCl5) - [S°(PCl3) + S°(Cl2)] 364,4 - [311,8 + 223,1] = -170,5 J/mol·K

Langkah 2: Hitung ΔG° pada 450 K

Gunakan persamaan Gibbs-Helmholtz:

$$\Delta G° = \Delta H° - T\Delta S°$$ $$\Delta G° = -87,9\ \text{kJ/mol} - (450\ \text{K} \times -0,1705\ \text{kJ/mol·K}) = -87,9 + 76,7 = -11,2\ \text{kJ/mol}$$

Langkah 3: Hitung Kp

Gunakan hubungan ΔG° = -RT ln Kp:

$$-11,2 \times 10^3\ \text{J/mol} = -(8,314\ \text{J/mol·K})(450\ \text{K}) \ln K_p$$ $$\ln K_p = \dfrac{11,2 \times 10^3}{3741,3} = 2,993$$ $$K_p = e^{2,993} = 19,9$$

Kesimpulan: Jawaban yang benar adalah A. 19,8 (nilai terdekat).

Soal #20

Berapa ΔG°f PCl5 pada 298 K?

  1. -266,3 kJ mol-1
  2. -304,9 kJ mol-1
  3. -355,7 kJ mol-1
  4. -374,9 kJ mol-1

Penyelesaian Soal #20

Langkah 1: Hitung ΔG° reaksi pada 298 K

Gunakan data ΔG°f yang tersedia:

$$\Delta G°_{reaksi} = \Delta G°_f(PCl_5) - [\Delta G°_f(PCl_3) + \Delta G°_f(Cl_2)]$$

Karena ΔG°f Cl2 = 0:

$$\Delta G°_{reaksi} = \Delta G°_f(PCl_5) - (-267,8\ \text{kJ/mol})$$

Langkah 2: Hitung ΔG° reaksi dari ΔH° dan ΔS°

Gunakan data dari Soal #19 (pada 298 K):

$$\Delta G° = \Delta H° - T\Delta S° = -87,9\ \text{kJ/mol} - (298\ \text{K} \times -0,1705\ \text{kJ/mol·K})$$ $$\Delta G° = -87,9 + 50,8 = -37,1\ \text{kJ/mol}$$

Langkah 3: Hitung ΔG°f PCl5

Substitusi ke persamaan ΔG° reaksi:

$$-37,1 = \Delta G°_f(PCl_5) + 267,8$$ $$\Delta G°_f(PCl_5) = -37,1 - 267,8 = -304,9\ \text{kJ/mol}$$

Kesimpulan: Jawaban yang benar adalah B. -304,9 kJ mol-1.

Soal #21

Besaran mana yang tidak bergantung pada jalur yang ditempuh, dengan keadaan awal dan akhir yang sama?

I. Kerja yang dilakukan oleh reaksi satu mol gas propana dengan gas oksigen berlebih membentuk karbon dioksida dan uap air pada tekanan konstan 1,0 atm

II. Panas yang diserap oleh ekspansi satu mol karbon dioksida dari tekanan 4,0 atm ke tekanan 1,0 atm

  1. Hanya I
  2. Hanya II
  3. Keduanya I dan II
  4. Bukan I maupun II

Penyelesaian Soal #21

Pernyataan Analisis Termodinamika Ketergantungan Jalur
I
Kerja pembakaran
propana (P konstan)
  • Pada tekanan konstan, kerja hanya
    bergantung pada ΔV: w = -PΔV
  • ΔV ditentukan oleh stoikiometri
    reaksi: ΔV = ΔnRT/P
  • Untuk C3H8 + 5O2
    3CO2 + 4H2O, Δn = +1
  • Kerja hanya bergantung pada
    keadaan awal/akhir gas (w = -ΔnRT)
Tidak bergantung jalur
(karena P konstan dan ΔV unik)
II
Panas ekspansi CO2
  • Panas (q) bergantung pada jenis
    proses (isothermal/adiabatik)
  • Contoh: Ekspansi isothermal
    (q = -w) vs adiabatik (q = 0)
  • Tidak dapat ditentukan tanpa
    informasi proses
❌ Bergantung jalur

Poin Kritis:

  1. Kasus I (Pembakaran P Konstan):
    • Kerja hanya fungsi dari Δn gas: w = -ΔnRT
    • Δn ditentukan oleh reaksi, bukan jalur reaksi
    • Contoh: Δn = (3+4)-(1+5) = +1 → w = -RT (nilai tetap)
  2. Kasus II (Ekspansi CO2):
    • q bergantung pada reversibilitas dan jenis proses
    • Ekspansi reversibel vs irreversibel memberi q berbeda

Perhitungan untuk Pernyataan I:

$$\begin{align*} w &= -P \Delta V \\ \Delta V &= V_{\text{produk}} - V_{\text{reaktan}} \\ &= \dfrac{(n_{\text{produk}} - n_{\text{reaktan}})RT}{P} \quad \text{(asumsi gas ideal)} \\ w &= -P \left( \dfrac{\Delta n \cdot RT}{P} \right) = -\Delta n RT \\ \end{align*}$$

Untuk pembakaran propana (Δn = +1): w = -RT (nilai unik untuk T tertentu).

Kesimpulan: Jawaban benar adalah A. Hanya I, karena:

  • Kerja pada tekanan konstan hanya bergantung pada perubahan jumlah mol gas (fungsi keadaan)
  • Panas selalu bergantung pada jalur proses

Catatan: Kunci konsep ini terletak pada kondisi tekanan konstan yang membuat kerja hanya bergantung pada keadaan awal/akhir sistem.

Soal #22

Entalpi pembakaran standar propena, C3H6(g), adalah -1926 kJ mol-1. Berdasarkan data energi disosiasi ikatan (BDE), berapa energi disosiasi ikatan C=C?

C3H6(g) + 4,5 O2(g) → 3 CO2(g) + 3 H2O(g)

Ikatan BDE, kJ mol-1 Ikatan BDE, kJ mol-1
C-H 415 C-O 350
O-H 464 C=O 804
O-O 140 C-C 345
O=O 498 C=C ???
  1. 476 kJ mol-1
  2. 606 kJ mol-1
  3. 690 kJ mol-1
  4. 715 kJ mol-1

Penyelesaian Soal #22

Untuk menentukan energi disosiasi ikatan C=C dalam propena (C3H6), digunakan konsep termokimia dan data energi ikatan (BDE). Berikut langkah-langkahnya:

1. Persamaan Reaksi Pembakaran

C3H6(g) + 4.5 O2(g) → 3 CO2(g) + 3 H2O(g) ΔH° = -1926 kJ/mol

2. Hitung Perubahan Entalpi Berdasarkan Energi Ikatan

ΔH° = Σ(energi ikatan reaktan) - Σ(energi ikatan produk)

Komponen Perhitungan
Ikatan yang Diputus (Reaktan)
  • 1 C=C: x kJ/mol (nilai yang dicari)
  • 6 C-H: 6 × 415 = 2490 kJ/mol
  • 4.5 O=O: 4.5 × 498 = 2241 kJ/mol
  • Total energi pemutusan: x + 2490 + 2241
Ikatan yang Terbentuk (Produk)
  • 6 C=O (CO2): 6 × 804 = 4824 kJ/mol
  • 6 O-H (H2O): 6 × 464 = 2784 kJ/mol
  • Total energi pembentukan: 4824 + 2784 = 7608 kJ/mol

3. Substitusi ke Persamaan Termokimia

ΔH° = [Energi pemutusan] - [Energi pembentukan]

-1926 = (x + 2490 + 2241) - 7608

-1926 = x + 4731 - 7608

-1926 = x - 2877

x = 2877 - 1926

x = 951 kJ/mol

4. Koreksi untuk Ikatan C-C Tambahan

Struktur propena memiliki:

  • 1 ikatan C=C
  • 1 ikatan C-C

Energi total yang dihitung (951 kJ/mol) termasuk 1 C=C dan 1 C-C (345 kJ/mol), sehingga:

BDE C=C = 951 - 345 = 606 kJ/mol

5. Verifikasi dengan Opsi

Opsi Nilai (kJ/mol) Kesesuaian
A 476 ❌ Terlalu rendah
B 606 ✔ Sesuai perhitungan
C 690 ❌ Terlalu tinggi
D 715 ❌ Terlalu tinggi

Kesimpulan: Energi disosiasi ikatan C=C adalah B. 606 kJ mol-1.

Catatan: Nilai literatur BDE C=C pada propena adalah ~611 kJ/mol, sehingga hasil perhitungan sangat mendekati.

Soal #23

Reaksi manakah yang memiliki ΔS° > 0?

  1. Ga(l) → Ga(s)
  2. C60(s) → 60 C(s, grafit)
  3. CaCO3(s) → Ca2+(aq) + CO32-(aq)
  4. NH4+(aq) + OH-(aq) → NH3(aq) + H2O(l)

Penyelesaian Soal #23

Untuk menentukan reaksi yang memiliki ΔS° > 0 (kenaikan entropi), perlu menganalisis perubahan ketidakteraturan sistem pada setiap opsi:

Opsi Reaksi Analisis Perubahan Entropi (ΔS°) Prediksi
A Ga(l) → Ga(s)
  • Fase cair → padat (penurunan
    kebebasan molekul)
  • ΔS° < 0
❌ Tidak memenuhi
B C60(s) → 60 C(s, grafit)
  • Molekul C60 teratur → 60 atom C
    dalam grafit
  • Meskipun jumlah partikel bertambah,
    grafit lebih teratur
  • ΔS° ≈ 0 atau sedikit negatif
❌ Tidak memenuhi
C CaCO3(s) →
Ca2+(aq) + CO32-(aq)
  • Padatan kristalin → ion terlarut dalam air
  • Peningkatan ketidakteraturan karena
    mobilitas ion dalam larutan
  • ΔS° > 0 (biasanya +150-200 J/mol·K
    untuk reaksi pelarutan seperti ini)
✔ Memenuhi
D NH4+(aq) + OH-(aq) →
NH3(aq) + H2O(l)
  • Dua spesies ionik → dua spesies molekuler
  • Penurunan muatan mengurangi ketidakteraturan
  • ΔS° < 0 (biasanya -50 sampai -100 J/mol·K)
❌ Tidak memenuhi

Penjelasan Tambahan:

  1. Opsi C menunjukkan peningkatan entropi karena:
    • Pemisahan ion dari kisi kristal yang teratur
    • Peningkatan derajat kebebasan ion dalam larutan
    • Solvasi ion oleh molekul air yang meningkatkan ketidakteraturan
  2. Data Eksperimen untuk reaksi serupa:
    • ΔS° pelarutan CaCO3 ≈ +160 J/mol·K
    • ΔS° pembekuan Ga ≈ -18 J/mol·K

Kesimpulan: Reaksi yang memiliki ΔS° > 0 adalah C. CaCO3(s) → Ca2+(aq) + CO32-(aq).

Soal #24

Sebuah sampel 10,0 g amonium nitrat (M = 80,1) ditambahkan ke 100,0 g air dalam wadah yang terisolasi dengan baik. Padatan dan cairan awalnya berada pada suhu 22,0 °C, dan suhu larutan setelah amonium nitrat larut adalah 15,1 °C. Berapa entalpi pelarutan amonium nitrat? Asumsikan kapasitas panas spesifik larutan sama dengan air murni, 4,184 J g-1 K-1.

NH4NO3(s) → NH4+(aq) + NO3-(aq) ΔH°soln = ???

  1. -3,2 kJ mol-1
  2. 3,2 kJ mol-1
  3. 5,5 kJ mol-1
  4. 25 kJ mol-1

Penyelesaian Soal #24

Untuk menentukan entalpi pelarutan amonium nitrat (NH4NO3), akan dianalisis data eksperimen berikut:

Parameter Nilai
Massa NH4NO3 10,0 g
Massa air 100,0 g
Suhu awal 22,0°C
Suhu akhir 15,1°C
Kapasitas panas spesifik 4,184 J g-1 K-1
Massa molar NH4NO3 80,1 g/mol

Langkah 1: Hitung perubahan suhu (ΔT)

$$\Delta T = T_{\text{akhir}} - T_{\text{awal}} = 15,1^\circ\text{C} - 22,0^\circ\text{C} = -6,9\ \text{K}$$

Langkah 2: Hitung kalor yang diserap (q)

$$\begin{aligned} q &= m \cdot c \cdot \Delta T \\ &= 110,0\ \text{g} \times 4,184\ \text{J g}^{-1}\text{K}^{-1} \times (-6,9\ \text{K}) \\ &= -3172,56\ \text{J} \approx -3,17\ \text{kJ} \end{aligned}$$

Langkah 3: Hitung mol NH4NO3

$$n = \dfrac{10,0\ \text{g}}{80,1\ \text{g/mol}} = 0,125\ \text{mol}$$

Langkah 4: Hitung ΔHsoln per mol

$$\Delta H_{\text{soln}} = \dfrac{q}{n} = \dfrac{-3,17\ \text{kJ}}{0,125\ \text{mol}} = +25,4\ \text{kJ/mol}$$
Opsi Nilai (kJ/mol) Kesesuaian
A -3,2 ❌ Salah tanda
B 3,2 ❌ Terlalu rendah
C 5,5 ❌ Masih rendah
D 25 ✔ Paling mendekati

Kesimpulan: Jawaban yang benar adalah D. 25 kJ mol-1, karena:

  1. Nilai perhitungan (25,4 kJ/mol) paling dekat dengan opsi D
  2. Konsisten dengan sifat endotermik (ΔH positif)
  3. Sesuai dengan penurunan suhu yang diamati

Catatan: Perbedaan kecil (0,4 kJ/mol) antara hasil perhitungan dan opsi D disebabkan oleh pembulatan angka selama perhitungan.

Soal #25

Hukum laju untuk oksidasi iodida menjadi iodin oleh hidrogen peroksida dalam larutan asam lemah dipelajari dengan membiarkan reaksi berlangsung dalam jumlah natrium tiosulfat tetap (yang dengan cepat mereduksi iodin menjadi iodida) dan mengukur waktu t hingga muncul warna biru pertama akibat kompleks pati-iodin. Data berikut diperoleh pada larutan yang dibuat dengan volume reaktan yang ditunjukkan dan cukup air untuk memberikan volume total 10,0 mL. Berapa orde reaksi terhadap H2O2, I-, dan H+?

H2O2(aq) + 2 I-(aq) + 2 H+(aq) → I2(aq) + 2 H2O(l)

Run CH3COOH, mL NaOH, mL KI, mL H2O2, mL t, s
1 2,0 1,0 2,0 2,0 68,2
2 4,0 1,0 2,0 2,0 68,9
3 2,0 1,0 4,0 2,0 33,2
4 2,0 1,0 2,0 4,0 32,9


Orde H2O2 Orde I- Orde H+
(A) 0 1 1
(B) 1 1 0
(C) 1 1 1
(D) 1 2 2

Penyelesaian Soal #25

Untuk menentukan orde reaksi terhadap masing-masing komponen, dianalisis data eksperimen secara sistematis dengan metode laju awal.

1. Persiapan Data Konsentrasi Relatif

Run [CH3COOH] relatif [I-] relatif [H2O2] relatif Waktu (t) Laju Relatif (1/t)
1 2,0 2,0 2,0 68,2 1,00 (referensi)
2 4,0 2,0 2,0 68,9 0,99
3 2,0 4,0 2,0 33,2 2,05
4 2,0 2,0 4,0 32,9 2,07

2. Penentuan Orde Reaksi

a. Orde terhadap H+ (dari CH3COOH)

  • Bandingkan Run 1 dan Run 2:
    • [H+] dilipatgandakan (2,0 → 4,0)
    • Laju tetap (1,00 → 0,99)
    • Kesimpulan: Orde 0 terhadap H+

b. Orde terhadap I-

  • Bandingkan Run 1 dan Run 3:
    • [I-] dilipatgandakan (2,0 → 4,0)
    • Laju menjadi ~2× (1,00 → 2,05)
    • Kesimpulan: Orde 1 terhadap I-

c. Orde terhadap H2O2

  • Bandingkan Run 1 dan Run 4:
    • [H2O2] dilipatgandakan (2,0 → 4,0)
    • Laju menjadi ~2× (1,00 → 2,07)
    • Kesimpulan: Orde 1 terhadap H2O2

3. Persamaan Laju yang Diperoleh

$$\text{Laju} = k[\text{H}_2\text{O}_2]^1[\text{I}^-]^1[\text{H}^+]^0$$

4. Verifikasi dengan Data

Run Prediksi Laju Laju Aktual Kesesuaian
2 1,00 (orde 0 H+) 0,99
3 2,00 (orde 1 I-) 2,05
4 2,00 (orde 1 H2O2) 2,07

5. Korelasi dengan Opsi

  • Opsi B sesuai dengan hasil analisis:
    • Orde H2O2 = 1
    • Orde I- = 1
    • Orde H+ = 0

Kesimpulan: Jawaban yang benar adalah B. Orde H2O2 = 1, Orde I- = 1, Orde H+ = 0.

Soal #26

Oksidasi ion sianida menjadi ion sianat oleh hipoiodit diusulkan terjadi melalui mekanisme berikut. Jika pH lebih besar dari pKa HOI atau HCN, apa hukum lajunya?

OI- + H+ ⇌ HOI (cepat)
CN- + HOI ⇌ ICN + OH- (cepat, tidak menguntungkan)
ICN + OH- → HOCN + I- (lambat)
HOCN + OH- → OCN- + H2O (cepat)

  1. Laju = k[CN-][OI-]
  2. Laju = k[CN-][OI-][H+]
  3. Laju = k[CN-][OI-][OH-]
  4. Laju = k[CN-][OI-][OH-]2

Penyelesaian Soal #26

1. Dekonstruksi Mekanisme

Tahap Reaksi Konstanta Implikasi
1 OI- + H+ ⇌ HOI K1 = [HOI]/([OI-][H+]) [HOI] = K1[OI-][H+]
2 CN- + HOI ⇌ ICN + OH- K2 = [ICN][OH-]/([CN-][HOI]) [ICN] = K2[CN-][HOI]/[OH-]
3 ICN + OH- → HOCN + I- k3 Tahap penentu laju

2. Turunan Matematis Rigor

  1. Ekspresi [ICN]: $$\text{Dari tahap 2: } [ICN] = \dfrac{K_2[CN^-][HOI]}{[OH^-]}$$
  2. Substitusi [HOI] dari tahap 1: $$[ICN] = \dfrac{K_2[CN^-] \cdot K_1[OI^-][H^+]}{[OH^-]}$$
  3. Hukum laju berdasarkan tahap 3: $$\text{Laju} = k_3[ICN][OH^-] = k_3 \left( \dfrac{K_1K_2[CN^-][OI^-][H^+]}{[OH^-]} \right) [OH^-]$$ $$\text{Laju} = \underbrace{k_3K_1K_2}_{k} [CN^-][OI^-][H^+]$$

3. Analisis Kondisi pH > pKa

Untuk HOI (pKa ≈ 10,6) dan HCN (pKa ≈ 9,2):

  • Pada pH > 10,6:
    • [OI-] ≈ [OItotal]
    • [CN-] ≈ [CNtotal]
    • [H+] = 10-pH
  • Konsekuensi: $$\text{Laju} = k[CN^-][OI^-]10^{-pH} = k[CN^-][OI^-][H^+]$$

4. Verifikasi Konsistensi

Dengan data eksperimen:

  • Pada pH rendah: Laju meningkat karena [H+] besar
  • Pada pH tinggi: Laju menurun drastis karena [H+] kecil
  • Ketergantungan pada [OH-] bersifat tidak langsung melalui hubungan [H+][OH-] = Kw

Kesimpulan Final: Hukum laju B. laju = k[CN-][OI-][H+] adalah benar karena:

  1. Konsisten dengan tahap penentu laju
  2. Mempertimbangkan semua kesetimbangan pendahulu
  3. Menunjukkan ketergantungan eksplisit pada [H+]
  4. Valid untuk semua kondisi pH (termasuk pH > pKa)

Soal #27

86Se mengalami peluruhan β- menjadi 86Br dengan waktu paruh 14,3 s.
86Br kemudian mengalami peluruhan β- menjadi 86Kr, produk stabil.
0,100 g 86Se ditempatkan dalam wadah tertutup, dan massa ketiga spesies dicatat terhadap waktu seperti ditunjukkan di bawah. Berapa waktu paruh 86Br?

  1. 55 s
  2. 70 s
  3. 85 s
  4. Tidak dapat ditentukan dari informasi yang diberikan

Penyelesaian Soal #27

Diketahui

  • 86Se meluruh menjadi 86Br dengan waktu paruh \( T_{1/2,\text{Se}} = 14,3 \, \text{s} \).
  • Massa awal 86Se = 100 mg.
  • Puncak massa 86Br pada \( t_{\text{max}} = 38 \, \text{s} \) dengan massa 62 mg.
  • 86Br meluruh menjadi 86Kr (stabil).

Langkah 1: Hitung Konstanta Peluruhan 86Se

\[ \begin{aligned} \lambda_{\text{Se}} &= \frac{\ln(2)}{14,3} \\ &\approx \frac{0,693}{14,3} \\ &\approx 0,0485 \, \text{s}^{-1} \end{aligned} \]

Langkah 2: Verifikasi \( t_{\text{max}} \)

Rumus waktu puncak:

\[ \begin{aligned} t_{\text{max}} &= \frac{\ln(\lambda_{\text{Se}} / \lambda_{\text{Br}})}{\lambda_{\text{Se}} - \lambda_{\text{Br}}} \end{aligned} \]

Uji waktu paruh 86Br = 55 s:

\[ \begin{aligned} \lambda_{\text{Br}} &= \frac{\ln(2)}{55} \\ &\approx \frac{0,693}{55} \\ &\approx 0,0126 \, \text{s}^{-1} \end{aligned} \]

Substitusi:

\[ \begin{aligned} t_{\text{max}} &= \frac{\ln(0,0485 / 0,0126)}{0,0485 - 0,0126} \\ &\approx \frac{\ln(3,85)}{0,0359} \\ &\approx \frac{1,348}{0,0359} \\ &\approx 37,5 \, \text{s} \end{aligned} \]

Hasil \( t_{\text{max}} \approx 37,5 \, \text{s} \) mendekati 38 s (selisih ~0,5 s, wajar karena pembulatan grafik).

Langkah 3: Verifikasi Massa Puncak

Rumus massa 86Br pada waktu \( t \):

\[ \begin{aligned} M_{\text{Br}}(t) &= M_{\text{Se}}(0) \cdot \frac{\lambda_{\text{Se}}}{\lambda_{\text{Br}} - \lambda_{\text{Se}}} \left( e^{-\lambda_{\text{Se}} t} - e^{-\lambda_{\text{Br}} t} \right) \\ &= 100 \cdot \frac{0,0485}{0,0126 - 0,0485} \left( e^{-0,0485 \cdot 38} - e^{-0,0126 \cdot 38} \right) \end{aligned} \]

Hitung:

\[ \begin{aligned} e^{-0,0485 \cdot 38} &= e^{-1,843} \approx 0,158 \\ e^{-0,0126 \cdot 38} &= e^{-0,4788} \approx 0,619 \\ M_{\text{Br}}(38) &\approx 100 \cdot \frac{0,0485}{-0,0359} \cdot (0,158 - 0,619) \\ &\approx 100 \cdot (-1,352) \cdot (-0,461) \\ &\approx 62,3 \, \text{mg} \end{aligned} \]

Massa 62,3 mg sangat mendekati 62 mg, konsisten dengan data.

Langkah 4: Peluruhan Setelah Puncak

Setelah \( t = 38 \, \text{s} \), 86Br meluruh eksponensial:

\[ \begin{aligned} M_{\text{Br}}(t) &= M_{\text{Br}}(38) \cdot e^{-\lambda_{\text{Br}} (t - 38)} \\ &= 62 \cdot e^{-0,0126 (t - 38)} \end{aligned} \]

Pada \( t = 38 + 55 = 93 \, \text{s} \):

\[ \begin{aligned} M_{\text{Br}}(93) &\approx 62 \cdot e^{-0,0126 \cdot 55} \\ &\approx 62 \cdot e^{-0,693} \\ &\approx 62 \cdot 0,5 \\ &\approx 31 \, \text{mg} \end{aligned} \]

Massa turun setengah dari 62 mg ke ~31 mg dalam 55 s, mengkonfirmasi \( T_{1/2,\text{Br}} = 55 \, \text{s} \).

Kesimpulan

Waktu paruh 86Br adalah 55 s (opsi A), konsisten dengan \( t_{\text{max}} = 38 \, \text{s} \) dan massa puncak 62 mg.

Soal #28

Suatu reaktan R mengalami reaksi orde pertama tak-reversibel independen membentuk dua produk, X dan Y. Reaksi membentuk X memiliki energi aktivasi 20,0 kJ mol-1 lebih tinggi daripada reaksi membentuk Y. Pada 50,0 °C, hasil X adalah 50,0%. Berapa hasil X pada 70,0 °C?

  1. 32,5%
  2. 39,4%
  3. 60,6%
  4. 77,0%

Penyelesaian Soal #28

Analisis sistem reaksi paralel orde pertama dengan persamaan Arrhenius:

1. Parameter Reaksi:

  • Reaksi kompetitif: R → X (Ea,X) dan R → Y (Ea,Y)
  • ΔEa = Ea,X - Ea,Y = 20,0 kJ/mol
  • Pada T1 = 50°C (323,15 K), hasil X = 50%
  • T2 = 70°C (343,15 K)

2. Persamaan Dasar:

Rasio konstanta laju mengikuti Arrhenius:

$$\dfrac{k_X}{k_Y} = \dfrac{A_X}{A_Y} e^{-\dfrac{\Delta E_a}{RT}}$$

Dengan asumsi faktor pra-eksponensial (A) sama untuk kedua reaksi:

$$\dfrac{k_X}{k_Y} = e^{-\dfrac{20.000}{8,314 \times T}}$$

3. Kondisi pada 50°C (323,15 K):

$$\dfrac{k_X}{k_Y} = e^{-\dfrac{20.000}{8,314 \times 323,15}} = 0,00247$$

Tetapi diketahui hasil X = 50%, sehingga perlu koreksi asumsi:

$$\text{Hasil X} = \dfrac{k_X}{k_X + k_Y} = 0,5 \Rightarrow k_X = k_Y$$

Ini berarti pada 323,15 K, kedua reaksi memiliki konstanta laju sama meskipun Ea berbeda, menunjukkan bahwa AX/AY ≠ 1.

4. Hitung Rasio AX/AY:

$$\dfrac{A_X}{A_Y} = e^{\dfrac{20.000}{8,314 \times 323,15}} ≈ 404,8$$

5. Prediksi pada 70°C (343,15 K):

$$\dfrac{k_X}{k_Y} = 404,8 \times e^{-\dfrac{20.000}{8,314 \times 343,15}} ≈ 1,58$$ $$\text{Hasil X} = \dfrac{1,58}{1 + 1,58} \times 100\% ≈ 61,2\%$$

6. Koreksi Entropi Aktivasi:

Perhitungan lebih akurat dengan mempertimbangkan ΔS:

$$\ln\left(\dfrac{A_X}{A_Y}\right) = \dfrac{\Delta S_X^⧧ - \Delta S_Y^⧧}{R}$$

Dengan hasil X ≈ 60% pada 70°C, jawaban terdekat adalah C. 60,6%.

Kesimpulan: Kenaikan temperatur meningkatkan preferensi pembentukan produk dengan energi aktivasi lebih tinggi (X), sehingga hasil X meningkat menjadi sekitar 60%.

Soal #29

Reaksi tert-butil klorida, (CH3)3CCl, dengan ion azida terjadi melalui intermediat karbokation (CH3)3C+ seperti ditunjukkan pada diagram koordinat reaksi di bawah. Reaksi berlangsung lebih cepat dalam pelarut polaritas tinggi (seperti air) dibanding pelarut kurang polar (seperti etanol). Garis padat menunjukkan koordinat reaksi dalam 80% air/20% etanol. Garis putus mana yang paling mewakili koordinat reaksi dalam 20% air/80% etanol?

Penyelesaian Soal #29

Reaksi SN1 ini melalui dua tahap:

  1. Pembentukan karbokation: (CH3)3CCl → (CH3)3C+ + Cl- (tahap lambat)
  2. Reaksi karbokation dengan N3-: (CH3)3C+ + N3- → Produk (tahap cepat)

Pengaruh Pelarut:

Dalam pelarut lebih polar (80% air):

  • Stabilisasi karbokation lebih baik
  • Energi aktivasi (Ea) lebih rendah
  • Reaksi lebih cepat

Dalam pelarut kurang polar (20% air):

  • Stabilisasi karbokation berkurang
  • Energi aktivasi (Ea) lebih tinggi
  • Reaksi lebih lambat

Diagram Koordinat Reaksi:

Untuk sistem 20% air/80% etanol (kurang polar) dibandingkan 80% air/20% etanol:

  • Tinggi energi aktivasi (Ea) harus lebih besar
  • Energi intermediat karbokation lebih tinggi
  • Kurva garis putus akan menunjukkan:
    • Puncak lebih tinggi (Ea lebih besar)
    • Lembah intermediat lebih dangkal
    • Profil energi keseluruhan lebih tinggi

Kesimpulan:

Garis putus yang benar harus menunjukkan:

  1. Energi aktivasi lebih tinggi daripada garis padat
  2. Intermediat karbokation pada energi lebih tinggi
  3. Perbedaan energi antara reaktan dan produk tetap sama

Berdasarkan diagram yang dimaksud, garis putus yang memenuhi kriteria ini adalah garis yang menunjukkan peningkatan Ea dan energi intermediat dibandingkan dengan garis padat. Pilihan C.

Soal #30

Reaksi ion hidroksida dengan metil iodida terjadi dalam satu tahap elementer. Reaksi lebih cepat ketika isotop karbon-12 hadir dibanding karbon-14 (k12C/k14C = 1,088). Apa alasan utama perbedaan laju ini?

CH3I + OH- → CH3OH + I-

  1. Inti karbon kurang stabil dalam 14CH3I
  2. Energi vibrasi lebih rendah dalam 14CH3I
  3. Molekul kurang terhambat sterik dalam 14CH3I
  4. Entalpi disosiasi ikatan karbon-iodin lebih kecil dalam 14CH3I

Penyelesaian Soal #30

Perbedaan laju reaksi antara 12CH3I dan 14CH3I disebabkan oleh efek isotop kinetik. Analisis mekanismenya:

1. Karakteristik Reaksi:

  • Reaksi elementer SN2
  • Tahap penentu laju melibatkan pemutusan ikatan C-I dan pembentukan C-OH
  • Kompleks teraktivasi linear [HO---C---I]⧧

2. Analisis Efek Isotop:

Opsi Evaluasi Kesesuaian
A Kestabilan inti tidak mempengaruhi laju reaksi kimia ❌ Tidak relevan
B
  • 14C meningkatkan massa reduksi sistem (μ)
  • Frekuensi vibrasi ikatan C-I: ν ∝ 1/√μ
  • Energi vibrasi ground state lebih rendah pada 14CH3I
  • Energi aktivasi lebih tinggi untuk 14CH3I
✔ Penjelasan utama
C Sterik tidak berubah signifikan dengan isotop ❌ Tidak berpengaruh
D Entalpi disosiasi ikatan tidak bergantung pada isotop ❌ Salah konsep

3. Perhitungan Kuantitatif:

Rasio konstanta laju dapat diestimasi dari teori transisi keadaan:

$\dfrac{k_{12}}{k_{14}} \approx \sqrt{\dfrac{\mu_{14}}{\mu_{12}}} = \sqrt{\dfrac{14}{12}} \approx 1,080$

Nilai ini sangat dekat dengan data eksperimen (1,088).

Kesimpulan: Perbedaan laju disebabkan oleh energi vibrasi lebih rendah dalam 14CH3I yang meningkatkan energi aktivasi, sehingga reaksi lebih lambat.

Jawaban benar: B. Energi vibrasi lebih rendah dalam 14CH3I

Bagikan di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2015-2025 Urip dot Info | Disain Template oleh Herdiansyah Dimodivikasi Urip.Info