Kalkulator ini dibuat dengan metode hitung seperti pada pembahasan tentang "Menghitung pH Larutan Asam/Basa Kuat yang Sangat Encer".
Contoh dan dasar perhitungannya adalah sebagai berikut.
Ketika asam atau basa kuat dengan konsentrasi sangat-sangat encer kita tidak dapat langsung menentukan konsentrasi H+ atau H3O+ atau menentukan pHnya dengan menggunakan data konsentrasi secara langsung.
Misal terdapat asam kuat HA dengan konsentrasi 0,01 M, kita dapat saja langsung mengatakan konsentrasi [H+] pada asam tersebut adalah 0,01 M sehingga pH larutan HA tersebut dapat dihitung -log [H+] = -log 0,01 = 2.
Berbeda jika asam kuat HA tersebut konsentrasinya sangat-sangat encer, misal 1×10-7 M. Tentu saja kalau kita hitung langsung pH larutan tersebut menjadi sama dengan 7.
Asam kuat encer pH = 7? Ini indikasi larutan netral bukan asam kan? Lalu bagaimana menentukan pH larutan tersebut? Silakan baca tulisan saya yang ini.
Kalkulator pH Asam/Basa Kuat dengan Konsentrasi Sangat Encer
Selasa, 29 November 2016
Kategori:
Asam Kuat Encer,
Basa Kuat Encer,
kalkulator kimia,
Kalkulator pH,
Kimia-2,
pH
Kalkulator pH Asam Lemah Poliprotik dan Konsentrasi Spesinya
Senin, 28 November 2016
Kalkulator ini dapat digunakan untuk perhitungan pH dan konsentrasi spesi yang ada dalam sistem kesetimbangan asam lemah. Asam lemah yang dapat dihitung adalah asam monoprotik (HA) seperti HNO2, HF asam diprotik (H2A) seperti H2S, H2CO3, H2C2O4, dan asam triprotik (H3A) seperti H3PO4, H3BO3, H3AsO4. Silakan simak petunjuk penggunaan yang tersedia di bagian atas kalkulator.
Kategori:
Asam Diprotik,
Asam Lemah,
Asam Poliprotik,
Asam-basa,
Kakulator Kimia,
Kimia-2,
Konsentrasi,
pH
Soal dan Pembahasan Terkait Derajat Disoasiasi dan Kc dalam Kesetimbangan Kimia
Sabtu, 26 November 2016
Berikut ini adalah soal dan pembahasan yang ditulis untuk pembelajaran kimia siswa kelas 11 SMA di Indonesia pokok bahasan kesetimbangan kimia.
Ini dibuat bukan untuk tujuan komersial, hanya sebagai contoh bagaimana menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan derajat disosiasi, tetapan kesetimbangan dan spesi-spesi yang ada dalam sistem kesetimbangan.
Beberapa soal diambil dari buku BSE Kimia kelas 2 (11). Untuk rekan pembaca/pemerhati pendidikan kimia, penulis dengan senang hati menerima koreksi bila ditemui kekurangtepatan pembahasan. Semoga bermanfaat bagi pemelajar kimia.
Ini dibuat bukan untuk tujuan komersial, hanya sebagai contoh bagaimana menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan derajat disosiasi, tetapan kesetimbangan dan spesi-spesi yang ada dalam sistem kesetimbangan.
Beberapa soal diambil dari buku BSE Kimia kelas 2 (11). Untuk rekan pembaca/pemerhati pendidikan kimia, penulis dengan senang hati menerima koreksi bila ditemui kekurangtepatan pembahasan. Semoga bermanfaat bagi pemelajar kimia.
Diagram Latimer dan Penentuan Potensial Reduksi Standar
Jumat, 25 November 2016
Beberapa soal terkait penentuan potensial reduksi standar dapat ditentukan dengan beberapa cara. Salah satu caranya adalah menggunakan diagram Latimer.
Berikut ini adalah diagram Latimer Mn dalam suasana asam.
$E^{o} = \dfrac{\sum n_{i} E_{i}}{\sum n_{i}} $
$n_{i} =~elektron~pada~reaksi~ke-i~(perubahan~biloks~unsur~yang~ditanya)\\
E_{i} =~potensial~reduksi~standar~pada~reaksi~ke-i$
Berikut ini adalah diagram Latimer Mn dalam suasana asam.
+0,564 | +0,274 | +4,27 | +0,95 | +1,51 | –1,18 | |||||||
MnO4– | ⟶ | MnO42– | ⟶ | MnO43– | ⟶ | MnO2 | ⟶ | Mn3+ | ⟶ | Mn2+ | ⟶ | Mn |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
+7 | +6 | +5 | +4 | +3 | +2 | 0 |
$E^{o} = \dfrac{\sum n_{i} E_{i}}{\sum n_{i}} $
$n_{i} =~elektron~pada~reaksi~ke-i~(perubahan~biloks~unsur~yang~ditanya)\\
E_{i} =~potensial~reduksi~standar~pada~reaksi~ke-i$
Kategori:
Diagram Latimer,
Elektrokimia,
Kimia-3,
Potensial Reduksi,
Redoks & Elektrokimia
Contoh Perhitungan pH Larutan Asam Poliprotik
Jumat, 18 November 2016
Asam poliprotik adalah asam yang ketika terurai akan menghasilkan ion H+ lebih dari satu. Contoh asam poliprotik: H2CO3, H2SO4, H3PO4, H2S, H4P2O7. Untuk menentukan derajat keasamannya tentu diperlukan kecermatan dengan mempertimbangan besarnya konsentrasi asam dan besar-kecilnya nilai tetapan kesetimbangan asam (Ka), baik Ka1, Ka2, Ka3, Ka4 bila ada atau diketahui. Kadang aturan 5% untuk pengabaikan apakah suatu konsentrasi berpengaruh secara signifikan atau tidak perlu diuji bila diperlukan. Tentang aturan 5% ini dapat dibaca di sini.
Berikut ini beberapa contoh soal dan penyelesaian tentang perhitungan pH asam poliprotik.
Soal #1:
[H2CO3] = 0,16 M dengan Ka1 = 4,2 × 10−7 ; Ka2 = 4,8 × 10−11 berapakah pH asam tersebut dan tentukan [CO32-]
Penyelesaian #1:
Berikut ini beberapa contoh soal dan penyelesaian tentang perhitungan pH asam poliprotik.
Soal #1:
[H2CO3] = 0,16 M dengan Ka1 = 4,2 × 10−7 ; Ka2 = 4,8 × 10−11 berapakah pH asam tersebut dan tentukan [CO32-]
Penyelesaian #1:
Reaksi | : | H2CO3 (aq) | ⇌ | H+ (aq) | + | HCO3- (aq) |
---|---|---|---|---|---|---|
[Awal] M | : | 0,16 | – | – | ||
[Bereaksi] M | : | –x | +x | +x | ||
[Kesetimbangan] M | : | 0,16 – x | x | x |
Aturan 5% dalam Kesetimbangan Kimia
Kadang dalam pembahasan soal-soal kesetimbangan kimia sering dijumpai penentuan besarnya jumlah mol atau konsentrasi suatu zat dalam proses hitung dilakukan pengabaian dengan alasan nilainya dianggap jauh lebih kecil dari sesuatu yang dibandingkan dengannya (atau jika dijumlahkan atau dikurangkan tidak mengubah secara signifikan).
Namun seberapa besar pengaruhnya sehingga dalam banyak hitungan lalu diabaikan begitu saja jarang dibahas dengan tuntas. Di beberapa referensi dimunculkan istilah aturan 5%. Artinya jika perubahan yang terjadi sama dengan atau kurang dari 5% dari jumlah semula maka ini dapat diabaikan. Pada artikel kali ini hal itu akan dibahas dan diharapkan alasannya dapat diterima dan terbukti secara kalkulatif.
Namun seberapa besar pengaruhnya sehingga dalam banyak hitungan lalu diabaikan begitu saja jarang dibahas dengan tuntas. Di beberapa referensi dimunculkan istilah aturan 5%. Artinya jika perubahan yang terjadi sama dengan atau kurang dari 5% dari jumlah semula maka ini dapat diabaikan. Pada artikel kali ini hal itu akan dibahas dan diharapkan alasannya dapat diterima dan terbukti secara kalkulatif.
Unsur Nonlogam, Nomor Atom, Ikatan Kimia, dan Rumus Kimia
Kamis, 17 November 2016
Seringkali soal-soal latihan pada bahasan ikatan kimia menguji kemampuan siswa dalam menentukan jenis ikatan atau jenis senyawa (kovalen/ion) yang dominan, menentukan elektron valensi, menentukan rumus kimia yang mungkin. Jika sudah paham aturan dari jenis-jenis ikatan atau jenis senyawa bahkan rumus kimia dari beberapa unsur yang diketahui nomor atomnya ini dapat dengan mudah untuk ditentukan.
Syaratnya hafal unsur-unsur non logam, toh jumlahnya unsur nonlogam sedikit, tidak sebanyak unsur logam. Yang dihafalkan cukup unsur nonlogam saja.
Kalau ingin mengetahui secara cepat kemungkinan rumus kimia suatu senyawa yang terdiri dua unsur siswa boleh hafal nomor-nomor unsur golongan gas. Unsur gas mulia yang terpakai hanya berjumlah 6 (He = 2, Ne = 10, Ar = 18, Kr = 36, Xe = 54, Rn = 86), itupun yang paling sering digunakan hanya yang bernomor atom rendah.
Dengan bermodal hafal nomor atom gas mulai akan dengan mudah ditentukan unsur-unsur dalam senyawa itu berada pada golongan mana. Jika sudah tahu golongannya tidak sulit menerka kemungkinan kombinasi unsur dalam senyawa dengan aturan tertentu seperti dijelaskan di bawah ini.
Syaratnya hafal unsur-unsur non logam, toh jumlahnya unsur nonlogam sedikit, tidak sebanyak unsur logam. Yang dihafalkan cukup unsur nonlogam saja.
Kalau ingin mengetahui secara cepat kemungkinan rumus kimia suatu senyawa yang terdiri dua unsur siswa boleh hafal nomor-nomor unsur golongan gas. Unsur gas mulia yang terpakai hanya berjumlah 6 (He = 2, Ne = 10, Ar = 18, Kr = 36, Xe = 54, Rn = 86), itupun yang paling sering digunakan hanya yang bernomor atom rendah.
Dengan bermodal hafal nomor atom gas mulai akan dengan mudah ditentukan unsur-unsur dalam senyawa itu berada pada golongan mana. Jika sudah tahu golongannya tidak sulit menerka kemungkinan kombinasi unsur dalam senyawa dengan aturan tertentu seperti dijelaskan di bawah ini.
Soal dan Pembahasan Tetapan Kesetimbangan Kimia
Senin, 14 November 2016
Tetapan atau konstanta kesetimbangan pada reaksi-reaksi sering jadi bahan uji kepahaman untuk pokok bahasan kesetimbangan. Yang sering "dipermainkan" pada soal antara lain model penentuan K atau Kc atau Kp dengan membalik persamaan reaksi atau menjadikannya setengah dari reaksi semula atau sekian kali dari reaksi semula.
Misal reaksi A(g) + B(g) ⇌ C(g) + D(g) dengan tetapan kesetimbangan K
Misal reaksi A(g) + B(g) ⇌ C(g) + D(g) dengan tetapan kesetimbangan K
Membandingkan Panjang-Pendek Ikatan dalam Senyawa Organik
Sabtu, 12 November 2016
Hal menarik yang sering tidak diajarkan dan luput dari perhatian saat materi pembelajaran kimia organik atau hidrokarbon di SMA adalah perbandingan panjang-pendek ikatan antaratom satu dengan yang lain. Padahal beberapa sifat suatu senyawa dapat dihubungkan dengan panjang atau pendeknya suatu ikatan. Reaktivitas suatu zat juga dapat dihubungkan dengan panjang pendeknya ikatan, selain faktor lain tentunya. Tapi ok-lah karena bukan menjadi fokus kurikulum dalam pengajaran kimia SMA, sekadar untuk pengayaan, berikut ini adalah cara untuk memprediksi apakah ikatan satu dengan yang lainnya lebih pendek atau lebih panjang.
Penentuan Rumus Molekul dari Pembakaran Suatu Zat
Jumat, 11 November 2016
Senyawa Q dengan massa molar Q 122 g/mol terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Sampel Q padat massanya 0,6000 g dibakar dengan oksigen berlebih dalam kalorimeter bom, massa air mula-mula adalah 710 g pada temperatur 25 oC. Setelah reaksi selesai temperatur yang teramati menjadi 27,35 oC, dan dihasilkan 1,5144 g gas CO2 , 0,2656 g H2O cair.
Tentukan rumus molekul Q.
Tentukan rumus molekul Q.
Kategori:
Kimia-1,
Pembakaran,
Penentuan Rumus Molekul,
Rumus Empiris,
Rumus Molekul,
Stoikiometri
Bilangan Oksidasi O dan F pada HOF
Kamis, 10 November 2016
Flor (F) adalah unsur yang sangat unik, memiliki elektronegativitas terbesar (menggunakan skala manapun), memiliki jari-jari atom terkecil, tingkat ionisasi juga sangat besar. Karena keunikannya ini maka F kadang-kadang memiliki prilaku yang unik pula. Ia seolah dapat memaksakan diri dengan arogansi keunikannya itu. Bila ia berikatan dengan unsur yang keelektronegatifannya lebih kecil ia dapat "merebut" pasangan elektron yang tadinya digunakan secara bersama (berikatan kovalen). Meskipun begitu ada keadaan suatu ketika ia mau dan merelakan pasangan elektronnya untuk "diserahkan" kepada atom lain yang berikatan dengannya. Cara menghitung bilangan oksidasi (biloks) dengan menggunakan struktur lewis dapat dibaca di sini.
Cara Menghitung Muatan Atom Lewis-Langmuir
Selasa, 08 November 2016
Bahasan ini terinspirasi dari soal Olimpiade Kimia Nasional UGM 2016 (babak penyisihan). Terdapat soal yang menguji kemampuan siswa dalam menentukan besarnya muatan Lewis-Langmuir sebagaimana contoh soal pertama yang dibahas pada tulisan ini.
Ikatan kimia mulanya dibagi menjadi 2 bagian yang sangat berbeda sifatnya, yaitu ikatan kovalen (pemakaian bersama pasangan elektron untuk berikatan) dan ikatan ion (serah terima elektron dan membentuk ikatan dengan tarik-menarik elektrostatik). Pada ikatan kovalen ada istilah muatan formal sedangkan pada ikatan ion ada istilah bilangan oksidasi. Tentang penjelasan dan cara menghitung muatan formal (MF) dan cara menghitung bilangan oksidasi suatu atom dapat dibaca di sini.
Ikatan kimia mulanya dibagi menjadi 2 bagian yang sangat berbeda sifatnya, yaitu ikatan kovalen (pemakaian bersama pasangan elektron untuk berikatan) dan ikatan ion (serah terima elektron dan membentuk ikatan dengan tarik-menarik elektrostatik). Pada ikatan kovalen ada istilah muatan formal sedangkan pada ikatan ion ada istilah bilangan oksidasi. Tentang penjelasan dan cara menghitung muatan formal (MF) dan cara menghitung bilangan oksidasi suatu atom dapat dibaca di sini.
Langganan:
Postingan (Atom)