Pernahkah Anda melihat adegan di film atau berita tentang seorang anak melakukan tes DNA untuk membuktikan siapa orang tua kandungnya? Proses ini sering terlihat seperti magis. Namun, sebenarnya, ini adalah penerapan langsung dan elegan dari prinsip-prinsip ilmu kimia dan biologi molekuler. Tes ini tidak melihat kesamaan fisik, tetapi melihat kesamaan pada tingkat yang paling mendasar: tingkat atom dan molekul.
Bagian 1: Fondasi Kimiawi dari “Cetak Biru” Kehidupan
Sebelum memahami tesnya, kita harus mengenal bahan dasarnya: DNA (Deoxyribonucleic Acid). DNA adalah polimer raksasa, sebuah molekul panjang yang tersusun dari unit-unit berulang disebut nukleotida.
Setiap nukleotida sendiri adalah molekul kompleks yang terdiri dari tiga bagian:
- Gula Deoksiribosa (C5H10O4): Sebuah gula berkarbon lima yang membentuk rangka.
- Gugus Fosfat (PO43-): Terikat pada gula, membentuk “tulang punggung” untai DNA yang bermuatan negatif.
- Basa Nitrogen: Terikat pada gula, merupakan bagian yang membawa informasi genetik. Empat jenis basa nitrogen ini adalah:
- Adenin (A) dan Guanin (G) (struktur purin cincin ganda)
- Sitosin (C) dan Timin (T) (struktur pirimidin cincin tunggal)
- Adenin (A) dan Guanin (G) (struktur purin cincin ganda)
Urutan dari keempat basa inilah (A, T, C, G) yang membentuk kode genetik unik setiap individu, seperti alfabet yang membentuk buku instruksi kehidupan.
Dua untai DNA menyatu membentuk struktur heliks ganda yang terkenal berkat ikatan hidrogen. Ikatan kimia yang relatif lemah ini bekerja seperti perekat yang spesifik:
- Adenin (A) selalu berikatan dengan Timin (T) dengan 2 ikatan hidrogen.
- Guanin (G) selalu berikatan dengan Sitosin (C) dengan 3 ikatan hidrogen.
Aturan pasangan basa yang spesifik inilah (A-T dan G-C) yang menjadi kunci utama seluruh tes DNA keturunan.
Bagian 2: Dari Sampel ke Data: Ekstraksi dan Amplifikasi Kimiawi
Langkah 1: Ekstraksi DNA
Proses dimulai dengan pengambilan sampel, biasanya sel dari mukosa pipi (menggunakan usap mulut) atau darah.
Di laboratorium, ilmuwan melakukan reaksi kimia untuk memecah sel dan membran nukleusnya guna melepaskan DNA. Ini melibatkan penggunaan:
- Detergen untuk melarutkan membran lemak sel dan nukleus.
- Enzim (seperti proteinase K) untuk mencerna protein yang membungkus DNA.
- Etanol atau isopropanol dingin untuk mengendapkan dan memisahkan DNA dari cairan sel lainnya. DNA yang mengendap terlihat seperti gumpalan benang putih halus.
Langkah 2: Polymerase Chain Reaction (PCR) – “Fotokopi” Molekuler
DNA yang didapat sangat sedikit. Di sinilah teknik biokimia revolusioner, PCR, berperan. PCR adalah proses in vitro (dalam tabung) yang meniru cara sel menggandakan DNAnya.
PCR secara selektif memperbanyak (mengamplifikasi) bagian-bagian spesifik dari DNA yang relevan untuk tes hubungan, disebut Short Tandem Repeats (STRs). STR adalah rangkaian pendek dari 2-6 basa DNA yang diulang-ulang. Jumlah pengulangan ini sangat bervariasi antar individu.
Proses PCR adalah siklus pemanasan dan pendinginan yang dikendalikan oleh mesin (thermal cycler) dan melibatkan enzim DNA polimerase (biasanya dari bakteri Thermus aquaticus yang tahan panas, disebut Taq polymerase).
- Denaturasi (≈ 94°C):
Campuran dipanaskan untuk memutus ikatan hidrogen yang menyatukan kedua untaian DNA, menghasilkan dua untaian tunggal. - Annealing (≈ 50 - 65°C):
Suhu diturunkan agar primer (sepotong pendek DNA yang dirancang khusus untuk menempel di ujung daerah STR yang ingin diamplifikasi) berikatan dengan untaian DNA target melalui ikatan hidrogen. - Elongasi (≈ 72°C):
Pada suhu optimal untuk Taq polymerase, enzim ini membaca untaian template dan mulai menambahkan nukleotida-nukleotida bebas (dATP, dTTP, dCTP, dGTP) dari larutan untuk membangun untaian baru.
Enzim ini membentuk ikatan fosfodiester yang kuat antara nukleotida yang masuk dan yang sudah ada pada rantai yang sedang tumbuh.
Siklus ini diulang 25-30 kali, menghasilkan jutaan salinan dari daerah STR target, yang siap untuk dianalisis.
Bagian 3: Analisis dan Perbandingan: Membaca “Barcode” Genetik
Salinan DNA yang telah diperbanyak kemudian dianalisis menggunakan mesin yang dapat mengukur panjangnya (berapa banyak repetisi STR yang dimiliki seseorang pada setiap lokus/lokasi tertentu).
Setiap individu mewarisi satu alel (varian) untuk setiap lokus STR dari ibu dan satu dari ayah. Hasilnya adalah profil DNA yang unik, seperti barcode genetik.
Ilustrasi Sederhana:
Bayangkan sebuah lokus STR bernama "DYS391". Urutan basanya mungkin "[GATA]" yang diulang.
- Anak memiliki alel dengan [GATA] diulang 10 kali dan 13 kali.
- Ibu memiliki alel [GATA] diulang 10 kali dan 15 kali. Kita tahu anak pasti mewarisi alel "10" dari ibu.
- Kandidat Ayah #1 memiliki alel [GATA] diulang 13 kali dan 14 kali.
- Kandidat Ayah #2 memiliki alel [GATA] diulang 12 kali dan 9 kali.
Berdasarkan aturan pasangan basa kimiawi, anak harus mewarisi satu alel dari setiap orang tua. Pada lokus DYS391 ini, anak memiliki alel 10 (dari ibu) dan alel 13.
Kandidat Ayah #1 memiliki alel 13, yang ia wariskan kepada anak.
Kandidat Ayah #2 tidak memiliki alel 10 atau 13, sehingga secara kimia dan biologis mustahil baginya untuk menjadi ayah kandung anak tersebut.
Proses ini tidak hanya dilakukan pada satu lokus STR, tetapi pada 16 atau 24 lokus STR yang berbeda sekaligus. Probabilitas dua orang tidak berhubungan memiliki profil STR yang identik pada semua lokus ini adalah sangat kecil, seringkali lebih kecil dari 1 dalam 1 miliar.
Kesimpulan: Kimia sebagai Pemecah Misteri Kekerabatan
Tes kecocokan DNA orang tua dan anak bukanlah sihir. Ia adalah aplikasi nyata dari:
- Ikatan Hidrogen yang spesifik (A-T, G-C) yang memungkinkan penempelan primer dan pembentukan heliks ganda.
- Enzim DNA polimerase yang melakukan reaksi polimerisasi, menyambungkan nukleotida dengan ikatan fosfodiester.
- Sifat basa nitrogen yang menjadi penanda unik setiap individu.
Dengan membandingkan pola-pola kimiawi ini (berupa urutan dan panjang STR), ilmuwan forensik dan genetika dapat memastikan hubungan biologis dengan akurasi yang hampir mutlak.
Pada akhirnya, setiap tes DNA adalah bukti bahwa cerita paling pribadi kita, bukti asal usul dan keluarga, ternyata tertulis dalam bahasa kimia yang universal, menunggu untuk dibaca dan dipahami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar