Laju reaksi kimia merupakan topik penting yang mempelajari seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai fenomena yang berkaitan dengan laju reaksi, mulai dari pembusukan makanan, kerja enzim dalam tubuh, hingga proses industri seperti pembuatan amonia dan asam sulfat.
Materi ini akan membahas konsep dasar laju reaksi, orde reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi seperti konsentrasi, suhu, katalis, dan luas permukaan, serta penerapannya dalam berbagai bidang. Pemahaman tentang laju reaksi sangat penting tidak hanya untuk kimia teoritis tetapi juga untuk aplikasi praktis dalam industri, farmasi, dan teknologi.

1. Konsep Dasar Laju Reaksi
Definisi Laju Reaksi
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan waktu. Laju reaksi menunjukkan seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung. Satuan laju reaksi biasanya adalah mol/L.detik atau M/s (molar per detik).
Untuk reaksi umum:
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam beberapa cara:
Rumus Laju Reaksi
1. Berdasarkan pengurangan reaktan:
$$ v = -\dfrac{1}{a} \dfrac{\Delta[A]}{\Delta t} = -\dfrac{1}{b} \dfrac{\Delta[B]}{\Delta t} $$2. Berdasarkan pembentukan produk:
$$ v = +\dfrac{1}{c} \dfrac{\Delta[C]}{\Delta t} = +\dfrac{1}{d} \dfrac{\Delta[D]}{\Delta t} $$3. Laju reaksi rata-rata:
$$ v_{\text{rata-rata}} = -\dfrac{\Delta[A]}{\Delta t} = +\dfrac{\Delta[C]}{\Delta t} $$4. Laju reaksi sesaat:
$$ v_{\text{sesaat}} = -\dfrac{d[A]}{dt} = +\dfrac{d[C]}{dt} $$Catatan: Tanda negatif untuk reaktan menunjukkan penurunan konsentrasi, sedangkan tanda positif untuk produk menunjukkan peningkatan konsentrasi. Koefisien a, b, c, d diperlukan agar laju reaksi bernilai sama untuk semua zat.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
A. Konsentrasi Reaktan
Hukum Laju (Rate Law): Laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan dipangkatkan orde reaksi.
Untuk reaksi: aA + bB → produk
$$ v = k[A]^m[B]^n $$dimana:
- v = laju reaksi
- k = konstanta laju reaksi
- [A], [B] = konsentrasi reaktan
- m, n = orde reaksi terhadap A dan B
- m + n = orde reaksi total
B. Luas Permukaan Sentuhan
Semakin besar luas permukaan sentuhan antara reaktan, semakin cepat reaksi berlangsung. Untuk reaksi heterogen (fase berbeda), luas permukaan sangat penting.
Contoh: Serbuk seng bereaksi lebih cepat dengan asam klorida daripada kepingan seng.
Simulasi visual perbedaan luas permukaan yang semakin besar ketika dilakukan pembelahan material dapat dilihat di sini.
Simulasi tentang pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dapat dilihat di sini.
C. Suhu
Aturan Van't Hoff: Setiap kenaikan suhu 10°C, laju reaksi meningkat 2-3 kali.
$$ \dfrac{v_2}{v_1} = \gamma^{\dfrac{T_2 - T_1}{10}} $$dimana γ = faktor peningkatan (biasanya 2-3)
Persamaan Arrhenius:
$$ k = A e^{-\dfrac{E_a}{RT}} $$dimana:
- k = konstanta laju reaksi
- A = faktor frekuensi
- Ea = energi aktivasi (kJ/mol)
- R = tetapan gas (8,314 J/mol.K)
- T = suhu mutlak (K)
D. Katalis
Katalis adalah zat yang mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi, tanpa ikut bereaksi secara permanen.
Mekanisme: Katalis membentuk kompleks teraktivasi dengan energi lebih rendah.
E. Sifat-sifat Reaktan
Reaktan dengan ikatan yang lebih lemah biasanya bereaksi lebih cepat. Senyawa ionik umumnya bereaksi lebih cepat daripada senyawa kovalen.
3. Orde Reaksi dan Penentuannya
Definisi Orde Reaksi
Orde reaksi adalah pangkat dari konsentrasi reaktan dalam persamaan laju reaksi. Orde reaksi ditentukan secara eksperimen, bukan dari koefisien stoikiometri.
| Orde Reaksi | Persamaan Laju | Satuan k | Grafik [A] vs t | Waktu Paruh (t1/2) |
|---|---|---|---|---|
| Orde 0 | v = k | M/s | Garis lurus menurun | $t_{1/2} = \dfrac{[A]_0}{2k}$ |
| Orde 1 | v = k[A] | s-1 | ln[A] vs t: garis lurus | $t_{1/2} = \dfrac{\ln 2}{k}$ |
| Orde 2 | v = k[A]2 | M-1s-1 | 1/[A] vs t: garis lurus | $t_{1/2} = \dfrac{1}{k[A]_0}$ |
Contoh 1: Menentukan Orde Reaksi dari Data Eksperimen
Untuk reaksi: A + B → C
Data percobaan:
| Percobaan | [A] awal (M) | [B] awal (M) | Laju awal (M/s) |
|---|---|---|---|
| 1 | 0,10 | 0,10 | 2,0 × 10-4 |
| 2 | 0,20 | 0,10 | 4,0 × 10-4 |
| 3 | 0,10 | 0,20 | 8,0 × 10-4 |
Tentukan:
a) Orde reaksi terhadap A dan B
b) Orde reaksi total
c) Persamaan laju reaksi
d) Nilai konstanta laju (k)
a) Menentukan orde terhadap A:
Bandingkan percobaan 1 dan 2 (dimana [B] tetap):
$$ \begin{aligned} \dfrac{v_2}{v_1} &= \dfrac{k[A]_2^m[B]_2^n}{k[A]_1^m[B]_1^n} \\ \dfrac{4,0 \times 10^{-4}}{2,0 \times 10^{-4}} &= \dfrac{(0,20)^m (0,10)^n}{(0,10)^m (0,10)^n} \\ 2 &= 2^m \\ m &= 1 \end{aligned} $$Jadi, orde terhadap A = 1
b) Menentukan orde terhadap B:
Bandingkan percobaan 1 dan 3 (dimana [A] tetap):
$$ \begin{aligned} \dfrac{v_3}{v_1} &= \dfrac{k[A]_3^m[B]_3^n}{k[A]_1^m[B]_1^n} \\ \dfrac{8,0 \times 10^{-4}}{2,0 \times 10^{-4}} &= \dfrac{(0,10)^m (0,20)^n}{(0,10)^m (0,10)^n} \\ 4 &= 2^n \\ n &= 2 \end{aligned} $$Jadi, orde terhadap B = 2
c) Orde reaksi total:
Orde total = m + n = 1 + 2 = 3
d) Persamaan laju reaksi:
v = k[A]1[B]2 = k[A][B]2
e) Menentukan nilai k:
Gunakan data percobaan 1:
$$ \begin{aligned} v &= k[A][B]^2 \\ 2,0 \times 10^{-4} &= k(0,10)(0,10)^2 \\ 2,0 \times 10^{-4} &= k(0,10)(0,01) \\ 2,0 \times 10^{-4} &= k(1,0 \times 10^{-3}) \\ k &= \dfrac{2,0 \times 10^{-4}}{1,0 \times 10^{-3}} = 0,20 \text{ M}^{-2}\text{s}^{-1} \end{aligned} $$Jawaban: Orde A=1, orde B=2, orde total=3, v = 0,20[A][B]2
4. Contoh Perhitungan Laju Reaksi
Contoh 1: Reaksi Orde 1
Reaksi dekomposisi N2O5 mengikuti orde 1:
Pada suhu tertentu, k = 5,0 × 10-4 s-1. Jika [N2O5] awal = 0,50 M, hitung:
a) Laju reaksi awal
b) [N2O5] setelah 10 menit
c) Waktu paruh reaksi
a) Laju reaksi awal:
Untuk orde 1: v = k[N2O5]
$$ \begin{aligned} v_0 &= k[N_2O_5]_0 \\ &= (5,0 \times 10^{-4} \text{ s}^{-1})(0,50 \text{ M}) \\ &= 2,5 \times 10^{-4} \text{ M/s} \end{aligned} $$b) [N2O5] setelah 10 menit:
Untuk orde 1: ln[A] = ln[A]0 - kt
t = 10 menit = 600 detik
$$ \begin{aligned} \ln[N_2O_5] &= \ln(0,50) - (5,0 \times 10^{-4})(600) \\ \ln[N_2O_5] &= -0,6931 - 0,300 \\ \ln[N_2O_5] &= -0,9931 \\ [N_2O_5] &= e^{-0,9931} = 0,370 \text{ M} \end{aligned} $$c) Waktu paruh:
Untuk orde 1: t1/2 = ln2/k
$$ \begin{aligned} t_{1/2} &= \dfrac{\ln 2}{k} = \dfrac{0,693}{5,0 \times 10^{-4}} \\ &= 1386 \text{ s} = 23,1 \text{ menit} \end{aligned} $$Contoh 2: Reaksi Orde 2
Reaksi: 2NO2(g) → 2NO(g) + O2(g) mengikuti orde 2 terhadap NO2 dengan k = 0,54 M-1s-1 pada 300°C. Jika [NO2] awal = 0,62 M, hitung:
a) Laju reaksi awal
b) Waktu yang diperlukan agar [NO2] menjadi 0,28 M
c) Waktu paruh pada konsentrasi awal ini
a) Laju reaksi awal:
Untuk orde 2: v = k[NO2]2
$$ \begin{aligned} v_0 &= k[NO_2]_0^2 \\ &= (0,54)(0,62)^2 \\ &= (0,54)(0,3844) \\ &= 0,208 \text{ M/s} \end{aligned} $$b) Waktu untuk [NO2] = 0,28 M:
Untuk orde 2: 1/[A] = 1/[A]0 + kt
$$ \begin{aligned} \dfrac{1}{0,28} &= \dfrac{1}{0,62} + (0,54)t \\ 3,5714 &= 1,6129 + 0,54t \\ 0,54t &= 3,5714 - 1,6129 = 1,9585 \\ t &= \dfrac{1,9585}{0,54} = 3,63 \text{ s} \end{aligned} $$c) Waktu paruh:
Untuk orde 2: t1/2 = 1/(k[A]0)
$$ \begin{aligned} t_{1/2} &= \dfrac{1}{k[NO_2]_0} \\ &= \dfrac{1}{(0,54)(0,62)} \\ &= \dfrac{1}{0,3348} = 2,99 \text{ s} \end{aligned} $$Contoh 3: Pengaruh Suhu (Persamaan Arrhenius)
Suatu reaksi memiliki energi aktivasi 75 kJ/mol. Jika laju reaksi pada 27°C adalah 0,025 M/s, berapa laju reaksi pada 47°C? (R = 8,314 J/mol.K)
Langkah 1: Konversi suhu ke Kelvin
$$ \begin{aligned} T_1 &= 27 + 273 = 300 \text{ K} \\ T_2 &= 47 + 273 = 320 \text{ K} \\ E_a &= 75 \text{ kJ/mol} = 75000 \text{ J/mol} \end{aligned} $$Langkah 2: Gunakan bentuk logaritma persamaan Arrhenius
$$ \ln\dfrac{k_2}{k_1} = \dfrac{E_a}{R}\left(\dfrac{1}{T_1} - \dfrac{1}{T_2}\right) $$Langkah 3: Substitusi nilai
$$ \begin{aligned} \ln\dfrac{k_2}{k_1} &= \dfrac{75000}{8,314}\left(\dfrac{1}{300} - \dfrac{1}{320}\right) \\ &= 9020,7 \times (0,003333 - 0,003125) \\ &= 9020,7 \times 0,0002083 \\ &= 1,878 \end{aligned} $$Langkah 4: Hitung perbandingan laju
$$ \begin{aligned} \dfrac{k_2}{k_1} &= e^{1,878} = 6,54 \\ k_2 &= 6,54 \times k_1 = 6,54 \times 0,025 \\ &= 0,1635 \text{ M/s} \end{aligned} $$Jawaban: Laju reaksi pada 47°C adalah 0,164 M/s (meningkat 6,54 kali).
5. Grafik Laju Reaksi Berbagai Variabel
Untuk mempelajari berbagai grafik/kurva jenis laju reaksi sesuai ordenya dapat menggunakan simulator ini. Atau dapat juga menggunakan model gambar ststis dapat dilihat di sini.
6. Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi
Teori Tumbukan
Teori tumbukan menyatakan bahwa reaksi kimia terjadi ketika partikel-partikel reaktan bertumbukan dengan orientasi yang tepat dan energi yang cukup (≥ energi aktivasi).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Tumbukan Efektif
1. Frekuensi tumbukan (Z):
Bergantung pada konsentrasi dan suhu. Semakin tinggi konsentrasi dan suhu, semakin sering tumbukan terjadi.
2. Faktor orientasi (p):
Hanya tumbukan dengan orientasi yang tepat yang dapat menghasilkan reaksi.
3. Faktor energi (f):
Fraksi molekul dengan energi ≥ Ea diberikan oleh distribusi Maxwell-Boltzmann:
$$ f = e^{-\dfrac{E_a}{RT}} $$Persamaan laju menurut teori tumbukan:
$$ k = pZ e^{-\dfrac{E_a}{RT}} $$Distribusi Energi Molekul
Distribusi Energi Molekul (Maxwell-Boltzmann)
Interpretasi Grafik:
Kurva biru: Distribusi energi molekul pada suhu tertentu
Garis merah: Energi aktivasi (Ea)
Area merah: Fraksi molekul dengan energi ≥ Ea
Garis hijau (jika aktif): Ea dengan katalis
Fraksi molekul aktif: 0,000 (0,00%)
Pengaruh katalis: Meningkatkan fraksi molekul aktif sebanyak 1,00 kali
Persamaan Matematis:
Distribusi Maxwell-Boltzmann:
$$ f(E) = \frac{2}{\sqrt{\pi}} \left( \frac{1}{kT} \right)^{3/2} \sqrt{E} e^{-E/kT} $$
Fraksi molekul dengan E ≥ Ea:
$$ f = e^{-E_a/RT} $$
dimana R = 8,314 J/mol.K, T = suhu (K)
Grafik interaktif: Distribusi energi molekul menurut Maxwell-Boltzmann pada berbagai suhu dan energi aktivasi
Peran Katalis: Katalis bekerja dengan menyediakan jalur reaksi alternatif yang memiliki energi aktivasi lebih rendah. Katalis tidak mengubah ΔH reaksi, hanya menurunkan Ea.
7. Mekanisme Reaksi dan Tahapan Elementer
Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi adalah urutan tahapan elementer yang menjelaskan bagaimana reaktan berubah menjadi produk. Reaksi keseluruhan biasanya terjadi melalui beberapa tahap.
Contoh: Mekanisme Reaksi Ozon
Reaksi keseluruhan: 2O3(g) → 3O2(g)
Mekanisme reaksi yang diajukan:
Tahap 1 (cepat, reversibel):
Tahap 2 (lambat, menentukan laju):
Tahap penentu laju adalah tahap paling lambat yang menentukan laju reaksi keseluruhan.
Hubungan antara Laju dan Tahapan Elementer
1. Molekularitas: Jumlah molekul yang terlibat dalam satu tahap elementer.
- Unimolekuler: 1 molekul → produk (contoh: dekomposisi)
- Bimolekuler: 2 molekul bertumbukan → produk (paling umum)
- Termolekuler: 3 molekul bertumbukan → produk (jarang)
2. Persamaan laju untuk tahap elementer:
Untuk tahap elementer, orde reaksi = koefisien stoikiometri reaktan.
3. Menentukan persamaan laju dari mekanisme:
Persamaan laju reaksi keseluruhan ditentukan oleh tahap penentu laju.
8. Penerapan Konsep Laju Reaksi
A. Dalam Industri Kimia
1. Proses Haber-Bosch (Pembuatan Amonia)
Kondisi optimal:
- Suhu: 450-500°C (kompromi antara laju dan kesetimbangan)
- Tekanan: 200-300 atm (meningkatkan laju dan pergeseran ke kanan)
- Katalis: Besi dengan promotor K2O dan Al2O3
2. Sintesis Asam Sulfat (Proses Kontak)
Kondisi: Suhu 400-450°C, katalis V2O5
3. Pembuatan Etanol dari Etena
Kondisi: Suhu 300°C, tekanan 60-70 atm, katalis asam fosfat
B. Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Pengawetan Makanan
- Pendinginan: Menurunkan suhu memperlambat reaksi pembusukan
- Pengeringan: Mengurangi air (pelarut) memperlambat reaksi
- Pengasinan/Pemanisan: Efek ion senama menghambat pertumbuhan mikroba
2. Enzim dalam Tubuh
Enzim adalah katalis biologis yang sangat spesifik dan efisien:
- Amilase: Memecah pati di mulut
- Pepsin: Memecah protein di lambung
- Katalase: Menguraikan H2O2 dalam sel
3. Kantung Pemanas Instan
Mengandung besi, garam (katalis), dan arang. Ketika dibuka, O2 masuk dan mengoksidasi besi:
Garam berfungsi sebagai katalis, arang sebagai penyangga.
C. Dalam Analisis Kimia
1. Penentuan Orde Reaksi
Metode:
- Metode Laju Awal: Mengukur laju awal pada berbagai konsentrasi
- Metode Integral: Mencocokkan data dengan persamaan integral
- Metode Waktu Paruh: Mengukur hubungan t1/2 dengan [A]0
2. Penentuan Energi Aktivasi
Dari plot ln k vs 1/T (Arrhenius plot):
$$ \ln k = \ln A - \dfrac{E_a}{R} \cdot \dfrac{1}{T} $$Slope = -Ea/R, intercept = ln A
9. Eksperimen Sederhana Laju Reaksi
Eksperimen: Reaksi Mg dengan HCl
Tujuan: Menyelidiki pengaruh konsentrasi HCl terhadap laju reaksi
Alat dan Bahan:
- Pita magnesium (ukuran sama)
- HCl dengan konsentrasi berbeda (0,5 M, 1,0 M, 2,0 M)
- Gelas ukur dan tabung reaksi
- Stopwatch
- Corong gas dan baskom
Prosedur:
- Siapkan 3 tabung reaksi dengan 10 mL HCl masing-masing konsentrasi
- Masukkan pita magnesium ke dalam tabung, mulai stopwatch
- Ukur waktu hingga magnesium habis bereaksi
- Atau ukur volume gas H2 yang dihasilkan setiap interval waktu
Hasil yang Diharapkan:
- HCl 2,0 M bereaksi paling cepat
- Hubungan antara 1/waktu vs [HCl] linear untuk orde 1
- Grafik volume H2 vs waktu menunjukkan laju reaksi
10. Tabel Konstanta Laju dan Energi Aktivasi Beberapa Reaksi
| Reaksi | Katalis | Ea (kJ/mol) | k (25°C) | Orde |
|---|---|---|---|---|
| 2N2O5 → 4NO2 + O2 | Tidak ada | 103 | 3,4 × 10-5 s-1 | 1 |
| 2HI → H2 + I2 | Tidak ada | 184 | 2,5 × 10-21 M-1s-1 | 2 |
| 2H2O2 → 2H2O + O2 | MnO2 | 75 (dengan katalis) 213 (tanpa katalis) |
8,3 × 10-3 M-1s-1 | 1 |
| H2 + I2 → 2HI | Tidak ada | 171 | 2,4 × 10-21 M-1s-1 | 2 |
| CH3COOC2H5 + OH- → produk | Tidak ada | 47 | 0,107 M-1s-1 | 2 |
Observasi: Reaksi dengan Ea tinggi memiliki k kecil (reaksi lambat). Katalis menurunkan Ea secara dramatis, seperti terlihat pada dekomposisi H2O2.
11. Ringkasan dan Strategi Penyelesaian Soal
Strategi Penyelesaian Soal Laju Reaksi
- Identifikasi jenis soal:
- Menentukan orde reaksi dari data eksperimen
- Menghitung laju reaksi dari persamaan laju
- Menghitung konsentrasi atau waktu dari persamaan kinetika
- Menganalisis pengaruh suhu (Arrhenius)
- Memprediksi mekanisme reaksi
- Untuk menentukan orde reaksi:
- Gunakan metode perbandingan laju awal
- Cari dua percobaan dimana hanya satu konsentrasi yang berubah
- Gunakan rumus: $\dfrac{v_2}{v_1} = \left(\dfrac{[A]_2}{[A]_1}\right)^m$
- Untuk perhitungan konsentrasi/waktu:
- Orde 0: [A] = [A]0 - kt
- Orde 1: ln[A] = ln[A]0 - kt atau [A] = [A]0e-kt
- Orde 2: $\dfrac{1}{[A]} = \dfrac{1}{[A]_0} + kt$
- Untuk pengaruh suhu:
- Gunakan persamaan Arrhenius: $k = Ae^{-E_a/RT}$
- Bentuk logaritma: $\ln\dfrac{k_2}{k_1} = \dfrac{E_a}{R}\left(\dfrac{1}{T_1} - \dfrac{1}{T_2}\right)$
| Konsep | Rumus/Persamaan | Keterangan |
|---|---|---|
| Laju reaksi | $v = -\dfrac{1}{a}\dfrac{\Delta[A]}{\Delta t} = +\dfrac{1}{c}\dfrac{\Delta[C]}{\Delta t}$ | Perubahan konsentrasi per waktu |
| Hukum laju | $v = k[A]^m[B]^n$ | m,n = orde reaksi (ditentukan eksperimen) |
| Orde 0 | $[A] = [A]_0 - kt$, $t_{1/2} = \dfrac{[A]_0}{2k}$ | Laju tetap, tidak bergantung [A] |
| Orde 1 | $\ln[A] = \ln[A]_0 - kt$, $t_{1/2} = \dfrac{\ln 2}{k}$ | Laju bergantung [A], waktu paruh tetap |
| Orde 2 | $\dfrac{1}{[A]} = \dfrac{1}{[A]_0} + kt$, $t_{1/2} = \dfrac{1}{k[A]_0}$ | Laju bergantung [A]2, waktu paruh bergantung [A]0 |
| Arrhenius | $k = Ae^{-E_a/RT}$, $\ln k = \ln A - \dfrac{E_a}{RT}$ | Hubungan k dengan suhu |
| Teori tumbukan | $k = pZe^{-E_a/RT}$ | Penjelasan molekuler laju reaksi |
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari:
- Mengasumsikan orde reaksi sama dengan koefisien stoikiometri
- Lupa mengubah satuan waktu (menit ke detik) dalam perhitungan
- Menggunakan suhu dalam °C, bukan K, dalam persamaan Arrhenius
- Tidak memperhitungkan koefisien stoikiometri dalam definisi laju reaksi
- Mengabaikan efek ion senama atau katalis dalam analisis laju

Tidak ada komentar:
Posting Komentar