Berikut pembahasan soal-soal pilihan ganda sederhana (PGS) dengan satu jawaban benar yang dapat digunakan latihan TKA. Topiknya menyangkut stoikiometri, hukum dasar kimia, dan rendemen. Pembahasan yang diberikan dalam bentuk analisis mendalam untuk memahami konteks yang sesungguhnya. Kerjakan secara mandiri, kemudian cocokkan jawaban pada pembahasan dengan klik tombol Kunci & Pembahasan.
Soal 1 (Tingkat Menengah: Konsep Dasar - Aplikasi Eksperimen Laboratorium)
Seorang siswa melakukan eksperimen laboratorium untuk mempelajari reaksi antara magnesium dan asam klorida yang
menghasilkan gas hidrogen. Ia mereaksikan 2,4 g magnesium dengan 100 mL larutan HCl 1 M.
Reaksi
dilakukan dalam ruang tertutup dengan volume tetap, dan siswa mengamati bahwa tidak semua magnesium bereaksi akibat
adanya lapisan oksida.
Berdasarkan perhitungan stoikiometri, tentukan volume gas hidrogen (dalam liter
pada STP) yang seharusnya dihasilkan jika reaksi berlangsung sempurna, serta jelaskan mengapa hasil aktual lebih
rendah.
Reaksi: Mg + 2HCl → MgCl2 + H2.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: D.
Penjelasan:
Diketahui reaksi:
Mg + 2HCl → MgCl2 + H2
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol masing-masing pereaksi
Langkah 2: Tentukan pereaksi pembatas
Dari persamaan reaksi, perbandingan stoikiometri:
Untuk 0,10 mol Mg, dibutuhkan:
Namun tersedia hanya 0,10 mol HCl, maka HCl menjadi pereaksi pembatas.
Langkah 3: Hitung mol H2 yang terbentuk
Dari reaksi, 2 mol HCl menghasilkan 1 mol H2, maka:
Langkah 4: Hitung volume gas H2 pada STP
Jawaban:
Volume gas hidrogen teoritis (pada STP) = 1,12 L.
Penjelasan hasil aktual lebih rendah:
- Sebagian magnesium tertutup lapisan magnesium oksida (MgO) yang mencegah kontak langsung dengan HCl.
- Reaksi tidak berlangsung sempurna karena adanya pengotor atau permukaan logam yang pasif.
- Kehilangan gas saat pengukuran juga dapat menurunkan volume aktual.
Soal 2 (Tingkat Menengah: Konsep Dasar - Aplikasi Kesehatan, dengan Tabel Data)
Untuk mengatasi anemia, dokter meresepkan suplemen besi(II) sulfat (FeSO4) yang bereaksi dengan asam lambung untuk menghasilkan ion Fe2+. Berikut data komposisi tablet:
Senyawa | Massa (g per tablet) |
---|---|
FeSO4 | 0,15 |
Bahan Pengisi | 0,35 |
Catatan khusus: Pasien memiliki kadar asam lambung rendah, sehingga reaksi:
FeSO4 + 2HCl →
FeCl2 + H2SO4
hanya memiliki efisiensi 80%.
Hitung jumlah mol
Fe2+ yang terserap jika pasien mengonsumsi 2 tablet, dan jelaskan dampaknya terhadap dosis harian.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: B.
Penjelasan:
Perhitungan: Fe2+ yang Terserap dari Suplemen FeSO4
Untuk mengatasi anemia, dokter meresepkan suplemen besi(II) sulfat. Data komposisi tablet:
Senyawa | Massa (g per tablet) |
---|---|
FeSO4 | 0,15 |
Bahan Pengisi | 0,35 |
Catatan: reaksi di lambung (FeSO4 + 2HCl → FeCl2 + H2SO4) hanya memiliki efisiensi 80% pada pasien ini.
Diketahui:
Langkah 1: Hitung massa total FeSO4 yang dikonsumsi
Langkah 2: Hitung jumlah mol FeSO4 (teoritis)
Langkah 3: Hubungan stoikiometri → mol Fe2+ teoritis
Reaksi menunjukkan 1 mol FeSO4 → 1 mol Fe2+, sehingga:
Langkah 4: Perhitungkan efisiensi 80% → mol Fe2+ yang terserap (aktual)
Langkah 5: Konversi ke massa unsur Fe (jika perlu)
massa unsur Fe yang terserap ($mM_{Fe} = 55,845 g/mol$):
Hasil ringkas:
- n Fe2+ teoritis (dari 2 tablet) = 0,001975 mol.
- n Fe2+ yang terserap (efisiensi 80%) = 0,001580 mol.
- Massa unsur Fe yang terserap = 0,0882 g = 88,2 mg.
- Perhitungan di atas mengasumsikan FeSO4 anhydrous (massa molar ≈ 151,9 g/mol). Bila tablet berisi ferrous sulfate heptahydrate (FeSO4·7H2O), massa molar jauh lebih besar → jumlah mol Fe per gram turun. Pastikan bentuk kimiawi (anhydrous vs. hydrate) dari label produk.
- 88,2 mg yang terserap adalah jumlah unsur Fe (Fe0/Fe2+) yang masuk sistem—itu bukan jumlah ion terdistribusi sempurna ke sirkulasi, karena faktor bioavailabilitas lain (mis. pengikatan, transit usus) juga memengaruhi.
- Jika dosis target dokter berdasarkan nilai mg unsur Fe per hari, menurunnya efisiensi (dari 100% → 80%) berarti pasien menerima lebih sedikit Fe daripada yang diharapkan. Dokter mungkin menyesuaikan dosis (mis. jumlah tablet, frekuensi, atau bentuk sediaan yang lebih bioavailable) untuk mencapai dosis efektif.
Saran klinis (umum): bila dokter menginginkan jumlah unsur Fe tertentu yang benar-benar terserap per hari, hitung kebutuhan berdasarkan massa unsur Fe yang terserap (mis. 88,2 mg dari 2 tablet). Jika target terserap lebih tinggi, penyesuaian dosis atau pergantian sediaan (mis. sediaan dengan kelarutan lebih baik atau suplemen dengan agen penambah penyerapan) dapat diperlukan — diskusikan dengan dokter/ahli gizi.
Soal 3 (Tingkat Tinggi: Analisis Mendalam, Integrasi Hukum Dasar - Aplikasi Lingkungan, dengan Grafik)
Penelitian lingkungan mengenai emisi kendaraan menampilkan grafik laju produksi CO2 terhadap waktu untuk
reaksi pembakaran bensin:
C8H18 + 12,5O2 → 8CO2 + 9H2O.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: C.
Penjelasan:
Diketahui reaksi pembakaran bensin dalam penelitian emisi kendaraan:
C8H18 + 12,5O2 → 8CO2 + 9H2O.
Grafik terlampir menunjukkan laju produksi CO2 (mol/s) terhadap waktu: kurva naik cepat dari nol, mencapai puncak, kemudian stabil pada nilai konstan.
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol bensin
Langkah 2: Hitung jumlah mol CO2 yang dihasilkan
Dari reaksi, 1 mol C8H18 menghasilkan 8 mol CO2.
Langkah 3: Hitung massa CO2 yang dihasilkan
Langkah 4: Verifikasi hukum konservasi massa
Hukum Lavoisier (konservasi massa) menyatakan massa pereaksi = massa produk. Hitung massa O2 yang bereaksi: 1 mol C8H18 membutuhkan 12,5 mol O2 (MO₂ = 32 g/mol), sehingga mO₂ = 12,5 × 32 = 400 g.
Massa tetap, sehingga hukum konservasi massa terverifikasi.
Langkah 5: Jelaskan bagaimana grafik memprediksi dampak lingkungan
Grafik menunjukkan laju produksi CO2 awalnya rendah (fase start kendaraan), kemudian naik cepat ke puncak (akselerasi atau beban tinggi, meningkatkan emisi), lalu stabil pada nilai konstan (kecepatan tetap).
Ini memprediksi dampak lingkungan karena emisi CO2 kumulatif meningkat seiring operasi kendaraan, berkontribusi pada pemanasan global, perubahan iklim, dan asidifikasi lautan.
Pada fase akselerasi, laju tinggi menyebabkan lonjakan emisi, menekankan pentingnya mengurangi akselerasi mendadak atau menggunakan teknologi seperti hybrid untuk meminimalkan dampak.
Jawaban:
Massa CO2 yang dihasilkan = 352 g. Grafik memprediksi dampak lingkungan dengan menunjukkan variasi laju emisi CO2 terhadap waktu, mengindikasikan peningkatan kumulatif emisi yang berkontribusi pada pemanasan global, terutama pada fase akselerasi tinggi.
Soal 4 (Tingkat Sangat Tinggi: Analisis Mendalam - Menguji Literasi, Prediksi Hasil Eksperimen, Aplikasi Kesehatan)
Berdasarkan teks ilmiah: "Uji klinis menunjukkan reaksi aspirin (C9H8O4) dengan
enzim menghasilkan asam salisilat, dengan hipotesis rendemen 90% akibat degradasi."
Prediksi massa asam
salisilat yang dihasilkan jika 180 g aspirin direaksikan, dengan
reaksi:
C9H8O4 → C7H6O3 +
C2H2O
dan evaluasi hipotesis degradasi terhadap kemungkinan kesalahan stoikiometri.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: B.
Penjelasan:
Diketahui reaksi:
C9H8O4 → C7H6O3 + C2H2O
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol aspirin (teoritis)
Langkah 2: Hitung massa asam salisilat teoritis (1:1 stoikiometri)
Langkah 3: Terapkan rendemen 90% → massa aktual yang dihasilkan
Hasil ringkas:
- Mol aspirin yang direaksikan ≈ 0,9991 mol.
- Massa asam salisilat teoritis (1:1) ≈ 138,00 g.
- Massa asam salisilat pada rendemen 90% ≈ 124,20 g.
Evaluasi hipotesis degradasi terhadap kemungkinan kesalahan stoikiometri
Hipotesis bahwa rendemen 90% disebabkan oleh degradasi adalah masuk akal, namun perlu diperhatikan beberapa kemungkinan lain yang dapat memengaruhi hasil:
- Degradasi langsung:
Aspirin dapat terdegradasi (mis. hidrolisis) menjadi produk selain asam salisilat (atau produk polimer/oksidasi), sehingga kurangnya massa salisilat dapat benar-benar disebabkan oleh jalur samping reaksi yang mengurangi produk yang diinginkan. - Perubahan stoikiometri lokal:
Jika enzim atau kondisi reaksi menghasilkan reaksi samping yang mengkonsumsi sebagian asam salisilat (mis. konjugasi, oksidasi), maka pengukuran akan menunjukkan rendemen lebih rendah walau stoikiometri teori tetap 1:1 untuk langkah utama. - Pengukuran dan pemurnian:
Kehilangan massa saat pemisahan/purifikasi (mis. saat ekstraksi, pengeringan) atau ketidakakuratan analitik dapat menurunkan rendemen yang terobservasi dan kelihatan seperti "degradasi". - Asumsi molar mass dan kemurnian:
Jika berat molekul senyawa yang dipakai berbeda (mis. adanya hidrat atau aditif) atau sampel aspirin tidak murni, perhitungan massa teoritis berubah—ini bukan degradasi, melainkan kesalahan input stoikiometri.
Simpulan singkat:
Dengan asumsi reaksi 1:1 dan tidak ada kesalahan pengukuran, dari 180 g aspirin
diharapkan ≈ 138,00 g asam salisilat secara teoritis; dengan rendemen 90% prediksi massa aktual ≈ 124,20
g.
Untuk menegaskan bahwa penurunan adalah akibat degradasi (bukan kesalahan stoikiometri atau
kehilangan analitik), perlu analisis produk (mis. kromatografi, spektrometri massa) untuk mengidentifikasi produk
samping.
Soal 5 (Tingkat Sangat Tinggi: Analisis Mendalam - Menguji Literasi, Evaluasi Hipotesis, Aplikasi Industri, dengan Diagram)
Proses industri amonia Haber-Bosch menggunakan diagram alur:
N2 + 3H2 ⇌ 2NH3,
dengan sistem daur ulang.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: B.
Penjelasan:
Diketahui proses industri Haber-Bosch untuk sintesis amonia dengan sistem daur ulang:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g).
Dari diagram, rasio stoikiometri teori: 1 mol N2 → 2 mol NH3.
Rendemen aktual 15% per pass karena kesetimbangan, sehingga aktual: 1 mol N2 input → 0,3 mol NH3 (H2 berlebih).
Sistem loop recycle unreacted N2/H2, tapi kesetimbangan menyebabkan jebakan limiting reactant dan konversi rendah per siklus.
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol N2
Langkah 2: Hitung jumlah mol NH3 teori
Dari reaksi, 1 mol N2 menghasilkan 2 mol NH3 secara teori (jika lengkap).
Langkah 3: Hitung jumlah mol NH3 aktual setelah satu siklus
Dengan rendemen 15% per siklus (per pass), mol NH3 aktual = rendemen × mol teori.
Langkah 4: Evaluasi hipotesis terhadap kesalahan perhitungan pereaksi pembatas pada sistem daur ulang
Hipotesis menyatakan rendemen 15% per siklus akibat kesetimbangan kimia. Dalam proses Haber-Bosch, reaksi reversibel dan eksoterm, sehingga kesetimbangan membatasi konversi per pass (tipikal 15-20% di industri), meskipun H2 berlebih dan N2 sebagai input utama. Sistem daur ulang mengembalikan unreacted N2/H2, sehingga secara keseluruhan rendemen mendekati 98%, tapi per siklus tetap rendah.
Kesalahan perhitungan pereaksi pembatas sering terjadi jika mengasumsikan reaksi ireversibel dan lengkap (stoikiometri teori), di mana N2 dianggap pembatas sepenuhnya dan konversi 100%, mengabaikan efek kesetimbangan (Prinsip Le Chatelier).
Dalam sistem daur ulang, perhitungan harus mempertimbangkan konversi parsial per pass, dengan N2 tetap limiting tapi "terjebak" di loop karena hanya sebagian bereaksi; hipotesis benar karena kesetimbangan adalah faktor utama penurun rendemen per siklus, bukan kekurangan pereaksi.
Diagram mendukung ini dengan menunjukkan rendemen aktual 0,3 mol NH3 per mol input, mengindikasikan batasan kesetimbangan daripada stoikiometri murni.
Hubungan dengan stoikiometri:
Rasio stoikiometri tetap berlaku untuk perhitungan teori, tapi rendemen aktual disesuaikan oleh faktor kesetimbangan dalam proses industri reversibel.
Jawaban:
Jumlah mol NH3 aktual setelah satu siklus = 0,3 mol. Hipotesis valid karena kesetimbangan kimia membatasi konversi per siklus di sistem daur ulang; kesalahan perhitungan pembatas sering mengabaikan reversibilitas reaksi, mengasumsikan konversi ideal tanpa mempertimbangkan loop dan rendemen parsial.
Soal 6 (Tingkat Sangat Tinggi: Evaluasi Hipotesis dan Analisis Kompleks)
Seorang peneliti mengusulkan hipotesis bahwa dalam pembakaran sempurna hidrokarbon CxHy,
perbandingan volume gas CO2 dan H2O (fase gas) selalu sesuai dengan perbandingan koefisien x
dan y/2. Untuk menguji hipotesis ini, 0,1 mol senyawa C3H8 dibakar dengan oksigen berlebih.
Reaksi:
C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O.
Jika pengukuran dilakukan pada suhu 120°C, manakah pernyataan yang benar mengenai hipotesis tersebut?
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: B.
Diketahui reaksi pembakaran sempurna hidrokarbon C3H8 dengan oksigen berlebih:
C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O.
Hipotesis menyatakan perbandingan volume gas CO2 dan H2O (fase gas) sesuai dengan perbandingan koefisien x dan y/2 (untuk CxHy, di sini x=3, y=8, jadi 3 : 4).
Pengukuran dilakukan pada suhu 120°C, di atas titik didih H2O (100°C pada tekanan atmosfer), sehingga H2O berfase gas.
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol CO2 dan H2O
Langkah 2: Tentukan perbandingan volume gas
Berdasarkan hukum Avogadro, perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume pada suhu dan tekanan sama. Jadi, rasio volume CO2 : H2O = 0,3 : 0,4 = 3 : 4.
Langkah 3: Evaluasi hipotesis
Hipotesis menyatakan perbandingan volume CO2 : H2O = x : |y//2| = 3 : 4, yang sesuai dengan koefisien stoikiometri 3CO2 dan 4H2O dari 1 mol C3H8.
Pada suhu 120°C, H2O tetap gas, sehingga perbandingan volume berdasarkan mol (3 : 4) berlaku, mendukung hipotesis.
Namun, volume absolut setiap gas bergantung pada suhu dan tekanan (hukum gas ideal, V ∝ nRT/P), tidak hanya stoikiometri, tapi rasio relatif tetap.
Langkah 4: Analisis opsi
- Opsi 1: Benar secara stoikiometri (3:4 sesuai), tapi tidak menyebutkan ketergantungan suhu.
- Opsi 2: Benar bahwa volume bergantung pada suhu dan fase H2O (di bawah 100°C H2O mengembun, mengubah rasio), sehingga hipotesis bisa salah di kondisi tertentu.
- Opsi 3: Salah, karena hipotesis tetap berlaku selama H2O berfase gas (tidak terbatas pada STP).
- Opsi 4: Salah, karena oksigen berlebih tidak memengaruhi rasio produk utama.
- Opsi 5: Salah, karena hipotesis hanya berlaku jika H2O berfase gas (tergantung kondisi).
Kesimpulan:
Hipotesis benar untuk C3H8 pada 120°C karena H2O berfase gas dan rasio 3:4 sesuai. Namun, kebenaran umum bergantung pada fase H2O, yang dipengaruhi suhu.
Jawaban:
Pernyataan yang benar adalah B (Hipotesis salah, karena volume gas bergantung pada suhu dan fase H2O), karena hipotesis hanya berlaku konsisten jika H2O tetap gas, yang tidak dijamin untuk semua kondisi pembakaran hidrokarbon.
Soal 7 (Tingkat Menengah: Konsep Dasar - Aplikasi Eksperimen Rumah)
Eksperimen sederhana di rumah melibatkan reaksi natrium bikarbonat (NaHCO3) dengan asam asetat
(CH3COOH) untuk menghasilkan gas karbon dioksida.
Sebanyak 8,4 g NaHCO3
direaksikan dengan 60 g larutan cuka 5% (massa).
Sebagian asam asetat menguap akibat panas reaksi,
sehingga rendemen aktual lebih rendah. Hitung volume CO2 teoritis pada STP (dalam liter), dan jelaskan
dampak penguapan terhadap hasil.
Reaksi:
NaHCO3 + CH3COOH →
CH3COONa + H2O + CO2.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: C.
Penjelasan:
Reaksi:
NaHCO3 + CH3COOH → CH3COONa + H2O +
CO2.
Diketahui:
Penentuan pereaksi pembatas & volume CO2 teoritis:
Pengaruh penguapan asam asetat:
- Jika sebagian CH3COOH menguap sebelum bereaksi, jumlah mol asam asetat yang tersedia menjadi lebih kecil → mengurangi jumlah CO2 yang terbentuk (hasil aktual < teoritis).
- Penguapan bertindak seperti menurunkan rendemen reaksi; selain itu gelembung gas yang cepat juga bisa membawa uap keluar sehingga lebih banyak kehilangan reaktan.
Kunci & komentar singkat:
Jawaban benar adalah pilihan C. Volume
CO2 teoritis = 1,12 L (pada STP). Penguapan asam asetat mengurangi jumlah reaktan yang
tersedia → menurunkan hasil gas aktual dibanding nilai teoritis.
Soal 8 (Tingkat Menengah: Konsep Dasar - Aplikasi Kesehatan, dengan Tabel Data)
Tablet antasida mengandung kalsium karbonat (CaCO3) yang bereaksi dengan asam lambung (HCl) untuk menetralkan keasaman. Tabel komposisi tablet:
Komponen | Massa (g per tablet) |
---|---|
CaCO3 | 0,5 |
Bahan Pelapis | 0,2 |
Kendala: Asam lambung pasien encer, menyebabkan reaksi
CaCO3 + 2HCl → CaCl2 +
H2O + CO2 hanya 70% selesai. Hitung jumlah mol CO2 yang dihasilkan jika pasien
mengonsumsi 3 tablet, serta implikasinya terhadap pengobatan.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: A.
Penjelasan:
Diketahui reaksi antasida kalsium karbonat (CaCO3) dengan asam lambung (HCl):
CaCO3 + 2HCl → CaCl2 + H2O + CO2.
Reaksi hanya 70% selesai akibat keenceran asam lambung.
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol CaCO3 total
Langkah 2: Hitung jumlah mol CO2 teoritis
Dari reaksi, 1 mol CaCO3 menghasilkan 1 mol CO2.
Langkah 3: Hitung jumlah mol CO2 aktual
Reaksi hanya 70% selesai:
Langkah 4: Implikasi terhadap pengobatan
Keenceran asam lambung menyebabkan reaksi tidak lengkap (hanya 70%), menghasilkan 0,0105 mol CO2, yang menunjukkan penyerapan asam kurang optimal.
Ini dapat cukup untuk menetralkan maag sedang, tetapi jika asam lambung berlebih, dosis tambahan mungkin diperlukan.
Bahan pelapis (0,2 g per tablet) tidak bereaksi, sehingga tidak memengaruhi perhitungan, tapi dapat memperlambat pelepasan CaCO3, memengaruhi laju netralisasi.
Hubungan dengan stoikiometri:
Rasio 1:1 memungkinkan perhitungan langsung, tetapi efisiensi reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi HCl.
Jawaban:
Jumlah mol CO2 yang dihasilkan = 0,0105 mol. Implikasinya, keenceran asam lambung memerlukan dosis tambahan jika maag parah, konsisten dengan opsi A (0,0105 mol, cukup untuk menetralkan maag sedang).
Soal 9 (Tingkat Tinggi: Analisis Mendalam, Integrasi Hukum Dasar - Aplikasi Lingkungan, dengan Grafik)
Studi pembakaran metana (CH4) pada pembangkit listrik menampilkan grafik produksi H2O terhadap waktu.
Dengan menerapkan hukum konservasi massa, jika 16 g metana dibakar, hitung massa H2O yang dihasilkan, dan jelaskan bagaimana grafik mengindikasikan efisiensi pembakaran.Reaksi:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: C.
Penjelasan:
Diketahui reaksi pembakaran metana pada pembangkit listrik:
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O.
Grafik terlampir menunjukkan laju produksi H2O (mol/s) terhadap waktu: kurva naik bertahap, mencapai puncak, lalu stabil pada nilai konstan.
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol metana
Langkah 2: Hitung jumlah mol H2O yang dihasilkan
Dari reaksi, 1 mol CH4 menghasilkan 2 mol H2O.
Langkah 3: Hitung massa H2O yang dihasilkan
Langkah 4: Verifikasi hukum konservasi massa
Hukum Lavoisier menyatakan massa pereaksi = massa produk. Hitung massa O2 yang bereaksi: 1 mol CH4 membutuhkan 2 mol O2 (MO₂ = 32 g/mol), sehingga mO₂ = 2 × 32 = 64 g.
Massa tetap, sehingga hukum konservasi massa terverifikasi.
Langkah 5: Jelaskan bagaimana grafik mengindikasikan efisiensi pembakaran
Grafik menunjukkan laju produksi H2O awalnya rendah (fase pemanasan atau start pembakaran), naik bertahap ke puncak (pembakaran optimal), lalu stabil.
Efisiensi pembakaran tinggi jika laju stabil mendekati nilai maksimum, menunjukkan semua CH4 dikonversi sepenuhnya menjadi produk (H2O dan CO2) tanpa kehilangan bahan bakar atau produksi sampingan seperti CO.
Jika laju turun setelah puncak atau tidak stabil, itu mengindikasikan ketidakefisienan (misalnya, oksigen terbatas atau ketidaksempurnaan pembakaran). Grafik stabil pada puncak menunjukkan efisiensi tinggi dalam studi ini, konsisten dengan pembakaran lengkap 16 g CH4.
Jawaban:
Massa H2O yang dihasilkan = 36 g. Grafik mengindikasikan efisiensi pembakaran dengan laju stabil setelah puncak, menunjukkan konversi CH4 yang optimal dan lengkap tanpa sisa bahan bakar signifikan.
Soal 10 (Tingkat Tinggi: Analisis Mendalam, Integrasi Konsep Lintas - Aplikasi Teknologi)
Reaksi dekomposisi hidrogen peroksida (H2O2) → H2O + ½ O2 digunakan
dalam propulsi roket sederhana.
Jika 34 g H2O2 didekomposisi, hitung jumlah mol
O2 yang dihasilkan dan volume gas O2 pada STP (dalam liter), dengan menerapkan hukum Avogadro.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: A.
Penjelasan:
Diketahui reaksi dekomposisi hidrogen peroksida untuk propulsi roket:
2H2O2(l) → 2H2O(l) + O2(g).
(Reaksi setara dengan H2O2 → H2O + 1/2 O2 per molekul).
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol H2O2
Langkah 2: Hitung jumlah mol O2 yang dihasilkan
Dari reaksi, 2 mol H2O2 menghasilkan 1 mol O2, sehingga:
Langkah 3: Hitung volume O2 pada STP
Berdasarkan hukum Avogadro (volume gas sebanding dengan jumlah mol pada kondisi sama), volume molar pada STP = 22,4 L/mol.
Hubungan dengan hukum Avogadro:
Hukum Avogadro memungkinkan konversi mol ke volume gas pada kondisi standar (STP), karena 1 mol gas apa pun menempati 22,4 L pada STP, dasar perhitungan volume O2 dari molnya.
Jawaban:
Jumlah mol O2 = 0,5 mol. Volume O2 pada STP = 11,2 L.
Soal 11 (Tingkat Sangat Tinggi: Analisis Mendalam - Menguji Literasi, Prediksi Hasil Eksperimen, Aplikasi Industri, dengan Diagram)
Diagram fermentasi produksi etanol dari glukosa:
C6H12O6 →
2C2H5OH + 2CO2, dengan sistem daur ulang.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: B.
Penjelasan:
Diketahui reaksi fermentasi glukosa menjadi etanol dengan sistem daur ulang:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2.
Dari diagram, rasio stoikiometri teori: 1 mol glukosa → 2 mol etanol + 2 mol CO2.
Efisiensi aktual 85% karena kontaminasi, sehingga aktual: 1 mol glukosa input → 1,7 mol etanol + 1,7 mol CO2.
Sistem loop recycle unreacted glukosa, tapi kontaminasi menyebabkan jebakan limiting glukosa dan penurunan efisiensi.
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol glukosa
Langkah 2: Hitung jumlah mol etanol teori
Dari reaksi, 1 mol glukosa menghasilkan 2 mol etanol secara teori.
Langkah 3: Hitung jumlah mol etanol aktual
Dengan efisiensi 85%, mol etanol aktual = efisiensi × mol teori.
Langkah 4: Evaluasi hipotesis terhadap kesalahan perhitungan pereaksi pembatas pada sistem daur ulang
Hipotesis menyatakan efisiensi 85% akibat kontaminasi. Dalam sistem daur ulang (loop fermentasi), glukosa yang tidak bereaksi dikembalikan, sehingga secara teori, glukosa bukan pereaksi pembatas mutlak karena bisa didaur ulang hingga konversi mendekati 100%.
Namun, kontaminasi (misalnya oleh mikroorganisme lain atau produk samping) menyebabkan kehilangan glukosa efektif atau "jebakan limiting glukosa di loop", menurunkan efisiensi aktual.
Kesalahan perhitungan pereaksi pembatas sering terjadi jika mengasumsikan sistem batch sederhana tanpa recycle, di mana glukosa dianggap pembatas dan efisiensi dihitung berdasarkan konversi sekali jalan.
Dalam sistem daur ulang, perhitungan harus mempertimbangkan siklus berulang, tetapi hipotesis benar karena kontaminasi mengganggu loop, menyebabkan kehilangan cumulatif dan efisiensi turun ke 85%.
Diagram mendukung ini dengan menunjukkan produksi aktual 1,7 mol etanol per mol input, meskipun teori 2 mol, mengindikasikan kontaminasi sebagai faktor utama, bukan kesalahan stoikiometri dasar.
Hubungan dengan stoikiometri:
Rasio stoikiometri tetap berlaku, tapi efisiensi aktual menyesuaikan output karena faktor non-ideal seperti kontaminasi dalam proses industri.
Jawaban:
Jumlah mol etanol aktual = 1,7 mol. Hipotesis valid karena kontaminasi menyebabkan penurunan efisiensi di sistem daur ulang; kesalahan perhitungan pembatas sering mengabaikan efek recycle dan kontaminasi, mengasumsikan konversi ideal.
Soal 12 (Tingkat Menengah: Konsep Dasar - Aplikasi Teknologi, dengan Tabel Data)
Di pabrik gas, hukum Avogadro diterapkan untuk stoikiometri reaksi sintesis amonia:
N2 +
3H2 → 2NH3.
Tabel data volume gas pada kondisi sama:
Gas | Volume (L) |
---|---|
N2 | 22,4 |
H2 | 67,2 |
Peningkatan tekanan memengaruhi volume per hukum Boyle, tetapi stoikiometri tetap.
Hitung volume NH3
teoritis pada kondisi yang sama, dan jelaskan dampak tekanan terhadap produksi.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: C.
Penjelasan:
Diketahui reaksi sintesis amonia sesuai hukum Avogadro (volume gas sebanding dengan jumlah mol pada T, P sama):
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g).
Rasio volume gas = rasio koefisien stoikiometri (1 volume N2 : 3 volume H2 : 2 volume NH3).
Diketahui:
Langkah 1: Hitung jumlah mol masing-masing pereaksi (untuk identifikasi pembatas)
Pada kondisi sama, 22,4 L = 1 mol (volume molar standar atau kondisi identik). Namun, gunakan rasio volume langsung.
Rasio sesuai stoikiometri sempurna, sehingga keduanya habis bereaksi tanpa pereaksi pembatas berlebih signifikan dalam rasio.
Langkah 2: Hitung volume NH3 teoritis
Berdasarkan hukum Avogadro dan Gay-Lussac, volume NH3 = 2 × volume N2 (dari koefisien 1 → 2).
Verifikasi dengan H2 (koefisien 3 → 2, sehingga volume NH3 = $\frac{2}{3} × V_{\text{H}_2}$
Langkah 3: Jelaskan dampak tekanan terhadap produksi
Menurut hukum Boyle (P × V = konstan pada T tetap), peningkatan tekanan menurunkan volume semua gas secara proporsional (faktor sama), sehingga rasio stoikiometri volume tetap tidak berubah.
Namun, dalam proses Haber-Bosch, peningkatan tekanan menggeser kesetimbangan ke kanan (Prinsip Le Chatelier) karena jumlah mol gas berkurang (4 mol pereaksi → 2 mol produk), meningkatkan hasil (rendemen) NH3 meskipun volume molar mengecil; stoikiometri teoritis tetap, tetapi konversi aktual lebih tinggi.
Hubungan dengan hukum Avogadro:
Hukum ini memungkinkan prediksi volume produk dari volume pereaksi pada kondisi sama, yang menjadi dasar perhitungan teoritis di pabrik gas.
Jawaban:
Volume NH3 teoritis pada kondisi sama = 44,8 L. Tekanan memengaruhi volume absolut via hukum Boyle tetapi tidak rasio stoikiometri; peningkatan tekanan meningkatkan produksi NH3 dengan menggeser kesetimbangan reaksi ke arah produk.
Soal 13 (Tingkat Menengah: Konsep Dasar - Aplikasi Lingkungan)
Emisi gas buang melibatkan hukum Gay-Lussac dalam stoikiometri pembakaran propana:
C3H8 +
5O2 → 3CO2 + 4H2O.
Suhu tinggi meningkatkan volume gas per hukum
Charles, tetapi rasio stoikiometri tetap.
Jika 1 volume propana bereaksi dengan 5 volume O2,
hitung volume total gas CO2 dan H2O (fase gas), dan jelaskan dampak suhu terhadap hasil.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: C.
Penjelasan:
Diketahui reaksi pembakaran propana sesuai hukum Gay-Lussac (hukum perbandingan volume):
C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(g).
Pada suhu tinggi, H2O berfase gas, dan rasio volume gas tetap sesuai koefisien stoikiometri (1 volume C3H8 : 5 volume O2 : 3 volume CO2 : 4 volume H2O).
Diketahui:
Langkah 1: Hitung volume CO2 yang terbentuk
Berdasarkan hukum Gay-Lussac, volume gas produk sebanding dengan koefisien reaksi. Untuk 1 volume C3H8, menghasilkan 3 volume CO2.
Langkah 2: Hitung volume H2O (gas) yang terbentuk
Dari reaksi, untuk 1 volume C3H8, menghasilkan 4 volume H2O(g).
Langkah 3: Hitung volume total gas CO2 dan H2O
Total volume gas produk:
Langkah 4: Jelaskan dampak suhu terhadap hasil
Menurut hukum Charles (|V//T| = konstan pada P tetap), peningkatan suhu meningkatkan volume semua gas secara proporsional (faktor yang sama), sehingga rasio stoikiometri volume tetap tidak berubah.
Namun, suhu tinggi menjaga H2O tetap sebagai gas (di atas 100°C pada tekanan atmosfer), memungkinkan perhitungan volume total gas produk.
Jika suhu rendah, H2O mengembun menjadi cair (volume diabaikan), sehingga volume gas produk hanya dari CO2 (3 volume), mengubah hasil pengukuran volume gas buang.
Hubungan dengan hukum Gay-Lussac:
Hukum ini memungkinkan prediksi volume gas produk dari volume pereaksi pada suhu dan tekanan sama, yang tetap berlaku meskipun suhu berubah selama rasio diukur pada kondisi identik.
Jawaban:
Volume total gas CO2 dan H2O (fase gas) = 7 volume. Suhu memengaruhi volume absolut via hukum Charles tetapi tidak rasio stoikiometri; suhu tinggi mencegah kondensasi H2O, menjaga kontribusi volumenya dalam emisi gas buang.
Soal 14 (Tingkat Tinggi: Analisis Mendalam, Integrasi Hukum Dasar - Aplikasi Industri, dengan Tabel Data)
Tabel berikut menunjukkan komposisi massa karbon dan oksigen dalam senyawa CO dan CO2, sesuai hukum Proust (proporsi
tetap), dengan rasio massa C:O untuk CO adalah 12:16 dan untuk CO2 adalah 12:32.
Senyawa | Elemen | Massa (g) |
---|---|---|
CO | Karbon (C) | 12 |
CO | Oksigen (O) | 16 |
CO2 | Karbon (C) | 12 |
CO2 | Oksigen (O) | 32 |
Dengan menerapkan hukum Lavoisier (konservasi massa), jika 12 g karbon bereaksi dengan oksigen berlebih membentuk CO2, hitung massa CO2 yang dihasilkan, dan jelaskan bagaimana tabel memverifikasi konservasi massa.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: A.
Penjelasan:
Diketahui komposisi massa dalam senyawa CO dan CO2 sesuai hukum Proust (proporsi tetap): rasio C:O = 12:16 untuk CO dan 12:32 untuk CO2.
Reaksi pembentukan CO2: C + O2 → CO2 (atau setara dengan 12 g C bereaksi dengan 32 g O membentuk 44 g CO2).
Diketahui:
Langkah 1: Hitung massa CO2 yang terbentuk
Berdasarkan rasio stoikiometri tetap dalam CO2 (hukum Proust), untuk 12 g C dibutuhkan 32 g O, sehingga massa produk:
Verifikasi dengan jumlah mol (opsional, untuk konfirmasi):
Langkah 2: Verifikasi konservasi massa dengan hukum Lavoisier menggunakan tabel
Hukum Lavoisier menyatakan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi tetap (kekalan massa).
Dari tabel untuk CO2, massa C + massa O = 12 g + 32 g = 44 g, yang merupakan massa CO2 (meskipun tabel tidak mencantumkan massa senyawa secara eksplisit, rasio ini menyiratkan massa total produk).
Tabel memverifikasi konservasi massa karena jumlah massa elemen pembentuk (C dan O) sama dengan massa senyawa yang terbentuk, sesuai rasio tetap.
Oksigen berlebih tidak termasuk dalam perhitungan karena tidak bereaksi, sehingga massa sebelum (yang bereaksi) = massa sesudah.
Hubungan dengan hukum Proust:
Tabel menunjukkan proporsi tetap C:O dalam masing-masing senyawa (12:16 untuk CO dan 12:32 untuk CO2), yang merupakan dasar untuk menghitung massa O yang bereaksi dan memastikan kekalan massa.
Jawaban:
Massa produk CO2 = 44 g. Tabel memverifikasi hukum Lavoisier karena massa total elemen dalam rasio (12 g C + 32 g O) sama dengan massa CO2 (44 g), menunjukkan konservasi massa.
Soal 15 (Tingkat Tinggi: Analisis Mendalam, Integrasi Konsep Lintas - Aplikasi Kesehatan)
Senyawa obat mengikuti hukum Dalton (proporsi berganda) dalam stoikiometri kombinasi nitrogen dan oksigen: NO (N:O =
14:16), NO2 (N:O = 14:32).
Jika 14 g nitrogen bereaksi dengan oksigen berlebih membentuk
NO2, hitung massa produk, dan verifikasi konservasi massa dengan hukum Lavoisier.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: C.
Penjelasan:
Diketahui kombinasi nitrogen dan oksigen membentuk senyawa sesuai hukum Dalton (proporsi berganda): NO (rasio N:O = 14:16) dan NO2 (rasio N:O = 14:32).
Reaksi pembentukan NO2: N2 + 2O2 → 2NO2 (atau setara dengan 14 g N bereaksi dengan 32 g O membentuk 46 g NO2).
Diketahui:
Langkah 1: Hitung massa NO2 yang terbentuk
Berdasarkan rasio stoikiometri tetap dalam NO2 (hukum Proust), untuk 14 g N dibutuhkan 32 g O, sehingga massa produk:
Verifikasi dengan jumlah mol (opsional, untuk konfirmasi):
Langkah 2: Verifikasi konservasi massa dengan hukum Lavoisier
Hukum Lavoisier menyatakan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi tetap (kekalan massa). Di sini, oksigen berlebih, tetapi massa O yang bereaksi = 32 g.
Massa sebelum = massa sesudah, sehingga hukum Lavoisier terverifikasi (konservasi massa terpenuhi). Oksigen berlebih tidak termasuk dalam perhitungan reaksi karena tidak bereaksi.
Hubungan dengan hukum Dalton:
Rasio N:O dalam NO = 14:16 = 7:8, dalam NO2 = 14:32 = 7:16. Untuk massa N tetap (7 bagian), massa O = 8 dan 16 bagian, yang merupakan kelipatan sederhana (1:2), sesuai hukum proporsi berganda.
Jawaban:
Massa produk NO2 = 46 g. Hukum Lavoisier terverifikasi karena massa total tetap 46 g.
Soal 16 (Tingkat Sangat Tinggi: Analisis Mendalam - Menguji Literasi, Prediksi Hasil Eksperimen, Aplikasi Lingkungan)
Diagram senyawa hidrogen dan klorin: HCl (H:Cl = 1:35,5), H2Cl2 hipotetis.
Prediksi: Jika 2 g hidrogen bereaksi dengan klorin membentuk HCl, hitung massa klorin yang dibutuhkan, dan evaluasi teks terhadap senyawa hipotetis H2Cl2.
Kunci & Pembahasan
Jawaban benar: A.
Penjelasan:
Diketahui senyawa hidrogen dan klorin mengikuti hukum Dalton (proporsi berganda): HCl dengan rasio H:Cl = 1:35,5 (massa atom H=1, Cl=35,5).
Senyawa hipotetis H2Cl2 akan memiliki rasio H:Cl = 2:71 (jika eksis, tapi sebenarnya tidak stabil).
Reaksi pembentukan HCl: H2 + Cl2 → 2HCl (atau setara dengan 2 g H bereaksi dengan 71 g Cl membentuk 73 g HCl).
Diketahui:
Langkah 1: Hitung massa Cl yang dibutuhkan untuk membentuk HCl
Berdasarkan rasio massa tetap dalam HCl (hukum Proust, dasar dari Dalton), untuk 1 g H dibutuhkan 35,5 g Cl, sehingga untuk 2 g H:
Verifikasi dengan jumlah mol (opsional, untuk konfirmasi):
Langkah 2: Evaluasi teks terhadap senyawa hipotetis H2Cl2
Hukum Dalton (proporsi berganda) menyatakan bahwa jika dua elemen membentuk lebih dari satu senyawa, maka untuk massa salah satu elemen tetap, massa elemen lain berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.
Untuk massa H tetap = 1 g:
rasio H:Cl = (2 × 1) : (2 × 35,5) = 2:71
Jadi untuk 1 g H, massa Cl = |71//2| = 35,5 g (sama)
Untuk senyawa berbeda dengan formula H Cl (yaitu HCl) dan H Cl_2 (bukan H_2 Cl_2), tapi jika hipotetis H_2 Cl_2 dianggap sebagai senyawa dengan 2H dan 2Cl (rasio sama dengan HCl per H-Cl), maka rasio Cl untuk H tetap = sama (35,5 g Cl per 1 g H), yang melanggar hukum Dalton karena seharusnya berbeda kelipatan bilangan bulat jika lebih dari satu senyawa.
Namun, H_2 Cl_2 hipotetis sebenarnya bukan senyawa stabil (HCl adalah yang utama), dan jika dianggap sebagai (HCl)_2 atau dimer, rasio tetap sama, sehingga tidak membentuk proporsi berganda yang berbeda.
Teks "Hukum Dalton memprediksi rasio proporsi berganda bilangan bulat" benar secara umum, tapi untuk sistem H-Cl, hanya satu senyawa stabil (HCl), sehingga prediksi untuk senyawa hipotetis seperti HCl dan "H Cl_2" (rasio 1:35,5 dan 1:71 = 1:2 kelipatan) akan sesuai, sedangkan H_2 Cl_2 setara dengan rasio sama, tidak memverifikasi proporsi berganda tambahan.
Diagram mungkin mengilustrasikan struktur atom atau komposisi, menunjukkan rasio massa atau atom yang mendukung bilangan bulat dalam kombinasi.
Jawaban:
Massa klorin yang dibutuhkan = 71 g. Teks Hukum Dalton benar karena memprediksi rasio bilangan bulat sederhana untuk senyawa berganda; untuk H2Cl2 hipotetis, rasio massa Cl per H sama dengan HCl, sehingga tidak menunjukkan proporsi berganda berbeda (hanya satu rasio unik dalam sistem ini), tapi jika dianggap senyawa lain, akan melanggar jika rasio tidak kelipatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar