Sifat-sifat Asam-Basa-Amfoter Oksida Logam

Kamis, 26 Juni 2025 edit

Berikut adalah ringkasan tentang sifat-sifat oksida logam yang dapat bersifat sebagai oksida asam, oksida basa, dan oksida amfoter beserta argumentasinya.

Oksida Logam Dapat Bersifat Sebagai Oksida Asam

Syarat oksida logam dapat bersifat sebagai oksida asam adalah:

  1. Logam dengan bilangan oksidasi tinggi (umumnya logam transisi atau logam blok-d dan blok-f), seperti:
    • CrO3 (Kromium(VI) oksida
    • Mn2O7 (Mangan(VII) oksida)
    • V2O5 (Vanadium(V) oksida)

  2. Keadaan oksidasi logam yang tinggi membuat oksida tersebut lebih bersifat kovalen (bukan ionik), sehingga dapat bereaksi dengan air membentuk asam atau dengan basa membentuk garam.

Contoh Reaksi Oksida Logam Asam:

  • CrO3 + H2O → H2CrO4 (asam kromat)
  • Mn2O7 + H2O → 2HMnO4 (asam permanganat)

Perbedaan dengan Oksida Logam Basik:

Oksida logam umumnya bersifat basa (misalnya CaO, Na2O) karena berasal dari logam dengan bilangan oksidasi rendah dan bersifat ionik. Namun, logam dengan biloks tinggi cenderung membentuk oksida asam karena sifat lebih elektronegatif.

Jadi, kuncinya adalah bilangan oksidasi tinggi dan sifat kovalen pada oksida logam tersebut.


Oksida Logam Dapat Bersifat Sebagai Oksida Basa

Syarat oksida logam dapat bersifat sebagai oksida basa adalah:

  1. Logam dengan bilangan oksidasi rendah (biasanya logam alkali dan alkali tanah, serta beberapa logam transisi dengan biloks +1, +2, atau +3).
    • Contoh: Na2O (Natrium oksida), CaO (Kalsium oksida), FeO (Besi(II) oksida).

  2. Sifat ionik yang kuat (ikatan antara logam dan oksigen cenderung ionik, bukan kovalen).
    • Logam yang sangat elektropositif (seperti Golongan 1 & 2) membentuk oksida basa kuat.

  3. Bereaksi dengan air membentuk basa (OH-) atau dengan asam membentuk garam + air.
    • Contoh reaksi:
      • Na2O + H2O → 2NaOH (natrium hidroksida)
      • CaO + H2O → Ca(OH)2 (kalsium hidroksida)
      • MgO + 2HCl → MgCl2 + H2O

Perbandingan dengan Oksida Asam Logam:

Karakteristik Oksida Basa Logam Oksida Asam Logam
Bilangan Oksidasi Rendah (+1, +2, +3) Tinggi (+4, +5, +6, +7)
Jenis Logam Alkali, alkali tanah,
beberapa logam transisi
biloks rendah
Logam transisi biloks tinggi
(Cr, Mn, V dll)
Sifat Ikatan Ionik Kovalen
Reaksi dengan Air Membentuk basa (OH-) Membentuk asam (H+)

Kesimpulan:

Oksida logam bersifat basa jika berasal dari logam elektropositif dengan biloks rendah dan bersifat ionik, sehingga cenderung mendonasikan ion O2- ke air membentuk basa.


Oksida Logam Dapat Bersifat Sebagai Oksida Amfoter 

Syarat oksida logam dapat bersifat sebagai oksida amfoter adalah:

  1. Logam dengan bilangan oksidasi menengah (biasanya +2, +3, atau +4), terutama:
    • Logam blok-d (seperti Zn, Al, Sn, Pb, Cr, Fe).
    • Beberapa logam blok-p (misalnya Al, Ga, In).

  2. Memiliki sifat ikatan antara ionik dan kovalen, sehingga dapat bereaksi dengan asam maupun basa.

  3. Bereaksi baik dengan asam (sebagai oksida basa) maupun dengan basa (sebagai oksida asam), membentuk garam dan air.

Contoh Oksida Amfoter dan Reaksinya:

Oksida Amfoter Reaksi dengan Asam (Perilaku Basa) Reaksi dengan Basa (Perilaku Asam)
Al2O3 (Aluminium oksida) Al2O3 + 6HCl → 2AlCl3 + 3H2O Al2O3 + 2NaOH + 3H2O → 2Na[Al(OH)4] (natrium aluminat)
ZnO (Seng oksida) ZnO + 2HCl → ZnCl2 + H2O ZnO + 2NaOH + H2O → Na2[Zn(OH)4] (natrium zincat)
PbO (Timbal(II) oksida) PbO + 2HNO3 → Pb(NO3)2 + H2O PbO + 2NaOH → Na2PbO2 + H2O (natrium plumbit)
Cr2O3 (Kromium(III) oksida) Cr2O3 + 6HCl → 2CrCl3 + 3H2O Cr2O3 + 2NaOH → 2NaCrO2 + H2O (natrium kromit)

Faktor yang Mempengaruhi Sifat Amfoter:

  1. Keelektronegatifan Logam:
    • Logam dengan elektronegativitas sedang (seperti Al, Zn) cenderung amfoter.

  2. Bilangan Oksidasi:
    • Biloks +2 atau +3 (misalnya Al3+, Zn2+, Cr3+) lebih mungkin amfoter dibanding biloks sangat rendah/tinggi.

  3. Struktur Kristal:
    • Beberapa oksida amfoter memiliki struktur yang memungkinkan interaksi dengan asam dan basa.

Perbandingan dengan Oksida Basa/Asam:

Sifat Oksida Basa Oksida Asam Oksida Amfoter
Contoh Na2O, CaO CrO3, Mn2O7 Al2O3, ZnO
Bereaksi dengan Asam Basa Asam & Basa
Biloks Logam Rendah (+1, +2) Tinggi (+5, +6) Menengah (+2, +3)

Kesimpulan:

Oksida logam bersifat amfoter jika:

  • Logamnya memiliki biloks menengah (biasanya +2 atau +3).
  • Dapat bereaksi dengan asam (sebagai basa) dan basa (sebagai asam).
  • Umumnya dimiliki oleh logam blok-d/p tertentu (seperti Al, Zn, Pb, Cr).

Catatan Tambahan:
Alasan Oksida Logam dengan Biloks Tinggi Lebih Bersifat Kovalen:

  1. Efek Polarisasi Kation (Logam) terhadap Anion (Oksigen):
    • Logam dengan biloks tinggi (contoh: Cr6+, Mn7+) memiliki muatan positif besar dan ukuran kecil (karena kehilangan banyak elektron).

    • Muatan tinggi + ukuran kecil → kepadatan muatan (charge density) tinggi → menarik elektron oksigen (O2-) lebih kuat.

    • Akibatnya, orbital logam dan oksigen tumpang tindih (overlap), membentuk ikatan kovalen (berbagi elektron).

  2. Perbandingan dengan Biloks Rendah:
    • Logam biloks rendah (contoh: Na+, Ca2+) memiliki muatan kecil dan ukuran relatif besar.

    • Charge density rendah → gaya tarik pada O2- lemah → ikatan ionik (transfer elektron, bukan berbagi).

  3. Efek Elektron Valensi:
    • Logam biloks tinggi kehilangan hampir semua elektron valensi, sehingga tidak bisa mendonasikan elektron sepenuhnya ke oksigen.

    • Elektron "terperangkap" antara logam dan oksigen → ikatan kovalen dominan.

  4. Contoh Nyata:
    • Ionik (Biloks Rendah): Na2O (Na+), CaO (Ca2+) → senyawa ionik, larut dalam air.

    • Kovalen (Biloks Tinggi): CrO3 (Cr6+), Mn2O7 (Mn7+) → senyawa molekular, bereaksi dengan air membentuk asam.

  5. Kecenderungan Periodik:
    • Logam Golongan Utama (s/p-block): Biloks tinggi jarang (kecuali Pb4+, Sn4+).

    • Logam Transisi (d-block): Lebih mudah mencapai biloks tinggi (contoh: V5+, Cr6+) dengan sifat kovalen kuat.

Kesimpulan:

Semakin tinggi biloks logam, semakin besar karakter kovalen oksidanya karena charge density tinggi dan ketidakmampuan mendonasikan elektron sepenuhnya. Ini menjelaskan mengapa oksida seperti CrO3 bersifat asam (kovalen), sedangkan CaO bersifat basa (ionik).

Bagikan di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2015-2025 Urip dot Info | Disain Template oleh Herdiansyah Dimodivikasi Urip.Info