Konfigurasi elektron pada keadaan dasar unsur 29Cu adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10 atau 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1.
29Cu ketika melepaskan 1 elektron (Cu(I)) konfigurasinya menjadi 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s0
29Cu ketika melepaskan 2 elektron (Cu(II)) konfigurasinya menjadi 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d9 4s0
Berdasarkan konfigurasi elektronnya Cu(I) semestinya lebih stabil karena subkulit 3d terisi penuh, 3d10, sementara pada C(II) subkulit 3d tidak terisi penuh, 3d9. Apakah selalu akan seperti itu stabilitas Cu?
Berikut ini penjelasan yang relatif mudah dipahami untuk pelajar SMA/MA.
Beberapa faktor penentu stabilitas spesi Cu(I) dan Cu(II):
Dalam catatan ini hanya dibahas hanya 3 faktor saja yang relatif mudah dipahami, faktor pelarut, pembentukan senyawa kompleksnya, dan geometri molekul yang dibentuk.
- Dalam pelarut air
Dalam pelarut air, Cu (II) relatif lebih stabil, Cu (I) relatif tidak stabil. Ini terkait dengan energi hidrasi, kerapatan muatan, kekuatan medan ligan, kemampuan mengalami oksidasi-reduksi.
Dalam pelarut non-air seperti dalam asetonitril/metil sianida (CH3CN dengan struktur H3C−C≡N), Cu (I) relatif lebih stabil, Cu (II) relatif tidak stabil.
- Dalam senyawa kompleks/koordinasi.
Stabilitas dalam senyawa koordinasi bergantung pada sifat keras-lunak-nya ligan.
Cu(I) adalah ion logam lunak dan karenanya lebih menyukai donor ligan lunak seperti sulfur dan iodida dan tidak terlalu menyukai donor ligan yang lebih keras.Ion logam lunak biasanya mempunyai jari-jari ion relatif besar dan bermuatan lebih rendah, seperti Cu(I). Ion logam keras biasanya mempunyai jari-jari ion relatif kecil dan bermuatan lebih tinggi, seperti Cu(II).
Ligan lunak biasanya mempunyai jari-jari ion relatif besar, seperti O, N, F. Ligan keras biasanya mempunyai jari-jari relatif kecil, seperti S dan I.
Misalnya, kompleks Cu(I) yang paling umum adalah dengan ligan donor sulfur seperti tiourea, SC(NH2)2 dengan struktur H2N−C(=S)−NH2.
Interaksi lunak-lunak Cu(I) dan tiourea sangat mendominasi sehingga ketika tiourea ditambahkan ke larutan Cu(II), ia mengoksidasi tiourea untuk mereduksi Cu(II) menjadi Cu(I).Sementara Cu(II) adalah ion logam keras sehingga membentuk kompleks yang lebih stabil dengan donor ligan keras seperti nitrogen, contohnya kompleks [Cu(NH3)4]2+ yang berwarna biru tua.
Contoh lain yang lebih sederhana, CuI (kupro iodida) lebih stabil dibanding CuI2 (kupri iodida) tetapi Cu2O (kupro oksida) kurang stabil dibanding CuO (kupri oksida).
- Bentuk geometri
Stabilitas juga bergantung pada geometri yang disukai. Cu(I) yang merupakan sistem d10 dapat melakukan hibridisasi sp3 dan karenanya lebih menyukai geometri tetrahedral, sementara Cu(II) yang merupakan sistem d9 lebih menyukai geometri oktahedral terdistorsi karena energi stabilisasi Jahn Teller.
Oleh karena itu Cu(I) dalam sistem tetrahedral lebih stabil daripada Cu(II) sementara Cu(II) dalam sistem oktahedral terdistorsi akan jauh lebih stabil daripada Cu(I).
Jadi stabilitas suatu spesi dengan bilangan oksidasi tertentu tidak bersifat mutlak hanya dengan dasar penjelasan konfigurasi elektron stabil saja. Ada faktor selain hanya sekadar konfigurasi elektron seperti penjelasan di atas. Oleh karena itu stabilitas suatu spesi tidak absolut tetapi relatif.
Catatan ini disarikan dari sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar