Point Pembicaraan Lengkap Nadiem Makarim dengan Komisi X DPR RI, 6 November 2019

Sabtu, 09 November 2019 edit

Berikut ini poin pembicaraan Mendikbud Nadiem Makarim dengan DPR pada Rapat Kerja Perdana DPR di Ruang Rapat Komisi X DPR RI, Rabu, 6 November 2019.

Ungkapan Nadiem Makarim
Manusia masa depan harus bisa menerima perubahan, karakternya adalah sebagai berikut :

  • Adaptabilitas
  • Fleksibilitas
  • Kreativitas
  • Kemampuan Berkomunikasi
  • Karakter
  • Integritas
  • Compassion (kasih sayang)
Kemampuan dan kemauan untuk belajar seumur hidup adalah kompetensi yang terpenting. Karakter, moralitas, akhlak. Kita harus memikirkan bagaimana kita bisa membuka potensi pemuda di Indonesia.

Sehari-hari saya melakukan inovasi, mungkin itu sebabnya Presiden memilih saya sebagai Mendikbud. Perlu adanya lompatan dalam bidang pendidikan kita, tidak bisa dengan kecepatan seperti sekarang.

Saya sejak dahulu suka mencari hal-hal rumit dan sulit. Menjadi guru adalah tugas tersulit di negara kita. Dari semua isu, SDM adalah yang kompleksitasnya paling tinggi. Oleh karena itu saya tertarik untuk bergabung, dan itu memang merupakan passion saya.


Tidak ada visi-misi menteri, yang ada visi misi Presiden. Saya mencoba menerjemahkan arahan pendidikan Indonesia sebagai berikut :

1. Pendidikan Karakter

  • Kita harus mengerti akar masalahnya. Saat ini kita memasuki era information overload. Kalau pemuda kita tidak punya karakter kuat, dan kemampuan menganalisis, dia akan tergerus hoax dan penjajahan pemikiran. Pemuda harus independen, kritis, dan mempertanyakan informasi yang Ia dapat
  • Hampir semua perusahaan komplain ketidakprofesionalan pemuda. Kita harus mendidik karakter-karakter yang berguna di dunia profesional seperti tepat waktu, menghargai atasan, kerja sama, dan lain-lain
  • Intoleransi terjadi di mana-mana. Di negeri yang begitu beragam seperti Indonesia, perasaan kesamaan identitas harus dibangun
  • Saya sebagai milenial, merasa konsep pembangunan karakter harus diterjemahkan ke dalam konten yang bisa dimengerti milenial. Tidak bisa hanya baca buku atau mendengarkan seseorang bicara. Itu harus tercermin dalam kegiatan.
  • Orang tua dan masyarakat tidak boleh diabaikan. Pendidikan Karakter harus terjadi juga di luar sekolah karena murid hanya menghabiskan beberapa jam di sekolah, sisanya di luar

2. Deregulasi dan Debirokratisasi

  • Beban administratif pengajar sangat besar. 30-40% waktu dosen dan guru habis untuk itu. Dampaknya tidak efektif ke pembelajaran murid, harus disederhanakan
  • Saya mengerti bahwa kita ingin meningkatkan mutu maka mengeluarkan peraturan. Namun yang harus dievaluasi adalah apakah di lapangan peraturan tersebut efektif mencapai tujuan awal?
  • Yang penting dalam kurikulum bukan konten, tapi bagaimana konten tersebut diajarkan di dalam kelas. Apakah siswa dapat berpartisipasi dalam proses belajar mengajar?
  • Kita harus menyederhanakan organisasi di mana kita berkoordinasi dengan unit-unit pendidikan. Selama ini guru dan dosen mengeluh banyak instansi yang harus mereka hubungi untuk akreditasi, sertifikasi, dan lain-lain

3. Meningkatkan Investasi dan Inovasi

  • Kondisi link and match di Indonesia mohon maaf menurut saya sudah cukup parah. Banyak kompetensi yang sebenarnya tidak relevan diajarkan, yang penting justru diabaikan. Kita harus menciptakan lingkungan di mana soft skill dilatih, bukan hanya konten tapi cara itu diajarkan
  • Rapor dari industri masih buruk, mereka adalah user yang menilai. Revitalisasi pendidikan kejuruan harus segera dilakukan
  • Peran kami sebagai kementerian adalah untuk meng-empower industri untuk berpartisipasi dalam pendidikan yang pada akhirnya dampaknya untuk mereka juga, terutama SMK dan Politeknik
  • Kita ingin menggenjot investasi di sektor pendidikan, tapi sekarang regulasi kurang memadai untuk membuat itu diminati investor. Kita harus membuat regulasi yang membuat investor tertarik berinvestasi di pendidikan

4. Penciptaan Lapangan Kerja

  • Bagaimana kita menciptakan SDM yang bukan hanya terserap lapangan kerja, tapi juga menjadi pencipta lapangan kerja. Pendidikan entrepreneurship adalah jawabannya.
  • Kreativitas, seni, ekspresi, adalah jiwanya entrepreneurship. Selama ini skill-skill kreatif seperti musik dan seni sering kali diabaikan

5. Pemberdayaan Teknologi

  • Katanya kalau saya jadi menteri semua diganti aplikasi, itu persepsi yang salah.
  • Pendidikan adalah apa yang terjadi di ruang kelas dan di rumah. Teknologi tidak mungkin menggantikan koneksi itu. Harus ada koneksi batin agar trust tercipta dan proses belajar mengajar akan efektif
  • Teknologi untuk apa?
    • Efisiensi budget dan waktu
    • Transparansi, berbasis data. Kalau data tidak tepat, real time, terstruktur, keputusan tidak akan baik
    • Teknologi memberikan fleksibilitas. Personalisasi, segmentasi. Tiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda.
    • Transparansi keuangan dan penggunaan anggaran. 20% anggaran tidak hanya sent tapi juga delivered.
Terakhir, saya mohon bantuan Bapak Ibu untuk belajar, karena saya masih baru di bidang ini. Mohon kesabaran kalau saya masih kaku-kaku, tidak mengerti protokol. Mohon dukungan Bapak Ibu, saya mewakili generasi milenial di sini, semoga tidak mengecewakan dan bisa menginspirasi generasi milenial lainnya.

Sumber: File PDF Hetifah Sjaifudian (Wakil Ketua Komisi X DPR RI)
Bagikan di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2015-2024 Urip dot Info | Disain Template oleh Herdiansyah Dimodivikasi Urip.Info