Gas air mata adalah senyawa kimia yang digunakan untuk pengendalian massa, sering kali dalam bentuk aerosol (campuran koloid yang terdiri dari partikel-partikel padat atau cair yang sangat halus yang tersuspensi dalam gas) atau asap yang menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan saluran pernapasan. Senyawa utama yang digunakan adalah 2-chlorobenzalmalononitrile (CS), chloroacetophenone (CN), dan dibenzoxazepine (CR), dengan CS sebagai yang paling umum, termasuk di Indonesia yang diproduksi oleh PT Pindad.
Artikel ini menjelaskan kandungan kimia, sifat, efek, dan cara menetralkan gas air mata, serta langkah-langkah perlindungan bagi demonstran berdasarkan sumber terpercaya seperti CDC, WHO, Physicians for Human Rights (PHR), dan penelitian dari Universitas Airlangga (UNAIR).
Kandungan dan Sifat Kimia Gas Air Mata
Gas air mata bukan gas murni, melainkan aerosol dari senyawa padat atau cair yang disebarkan melalui granat, semprotan, atau peluncur, menghasilkan kabut atau asap halus. Senyawa ini mengaktifkan reseptor nyeri (TRPA1 atau TRPV1) di selaput lendir dan kulit, menyebabkan sensasi terbakar, air mata berlebih, dan kesulitan bernapas. Berikut adalah rincian senyawa utama:
1. 2-Chlorobenzalmalononitrile (CS)
- Struktur Kimia:
Rumus C₁₀H₅ClN₂, senyawa sianokarbon berbentuk kristal putih padat pada suhu kamar. Ditemukan pada 1928 oleh Ben Corson dan Roger Stoughton (inisial CS). - Sifat Kimia:
Stabil secara kimiawi, larut dalam pelarut organik seperti metilen klorida atau metil isobutil keton (MIBK), tetapi kurang larut dalam air. Terhidrolisis perlahan di lingkungan lembap, menghasilkan asam hidroklorida (HCl) dan senyawa organik lainnya. Titik leleh 93–95°C, mudah menguap saat dipanaskan untuk membentuk aerosol. Konsentrasi iritasi rendah (0.004 mg/m³), namun toksisitasnya lebih rendah dibandingkan CN. - Efek:
Menyebabkan iritasi kuat pada mata (air mata berlebih, penutupan paksa kelopak mata), hidung, mulut, dan saluran pernapasan (batuk, sesak napas). Efeknya sementara (15–30 menit) pada paparan singkat, tetapi paparan tinggi dapat menyebabkan radang mukosa parah.
2. Chloroacetophenone (CN)
- Struktur Kimia:
Rumus C₈H₇ClO, senyawa keton aromatik (juga disebut phenacyl chloride). - Sifat Kimia:
Padatan kristal putih dengan bau seperti bunga apel, larut dalam pelarut organik seperti aseton atau benzena, tetapi tidak larut dalam air. Titik leleh 56°C, lebih toksik daripada CS, dan dapat terhidrolisis menjadi asam asetofenon dan HCl. Konsentrasi iritasi lebih tinggi (1.0 mg/m³). Digunakan dalam Mace, tetapi kini jarang karena efek sampingnya lebih berat. - Efek:
Iritasi mata, kulit, dan pernapasan lebih intens, termasuk luka bakar kimiawi dan reaksi alergi. Efeknya bisa bertahan lebih lama dan lebih berbahaya pada paparan tinggi.
3. Dibenzoxazepine (CR)
- Struktur Kimia:
Rumus C₁₃H₉NO, senyawa heterosiklik. - Sifat Kimia:
Padatan putih, lebih stabil daripada CS di lingkungan lembap, sulit terhidrolisis, dan volatilitas rendah sehingga efeknya lebih terlokalisasi. Konsentrasi iritasi sangat rendah (0.0005 mg/m³), tetapi lebih kuat secara keseluruhan. Jarang digunakan karena biaya tinggi. - Efek:
Iritasi parah tetapi lebih cepat hilang (5–15 menit), dengan risiko rendah pada paru-paru karena volatilitas rendah. Sulit dinetralkan dibandingkan CS atau CN.
Mekanisme Kerja
Senyawa ini bereaksi dengan kelembapan di selaput lendir, memicu inflamasi dan produksi lendir berlebih. Efeknya bersifat sementara pada paparan rendah (15–30 menit), tetapi paparan tinggi atau di ruang tertutup (misalnya stadion) dapat menyebabkan komplikasi seperti radang berat, sesak napas akut, atau bahkan kematian (misalnya pada penderita asma).
Menurut penelitian UNAIR, iritasi dapat menyebabkan radang mukosa, dan paparan berkepanjangan berisiko menyebabkan kebutaan atau sindrom pernapasan akut berat. Gas kedaluwarsa, seperti dalam kasus Kanjuruhan 2022, dapat terurai menjadi zat toksik seperti sianida atau fosgen, menurut laporan dari Venezuela dan Oregon Poison Center.
Cara Menetralkan Efek Gas Air Mata
Tidak ada penawar kimia spesifik untuk menetralkan senyawa gas air mata, karena efeknya bersifat fisik-kimiawi (iritasi reseptor nyeri). Penanganan utama adalah dekontaminasi fisik untuk menghilangkan residu. Berikut langkah-langkah berdasarkan rekomendasi CDC, WHO, PHR, dan UNAIR:
1. Dekontaminasi Segera
- Jauhi Sumber dan Cari Udara Segar:
Pindah ke area terbuka dengan ventilasi baik, hindari berlari (meningkatkan inhalasi gas). Cari tempat tinggi karena gas lebih berat dari udara dan mengendap di tanah. - Bilas Mata:
Gunakan air dingin atau larutan saline (NaCl 0.9%) selama 10–20 menit. Miringkan kepala, biarkan air mengalir dari sudut dalam mata ke luar. Jangan gosok mata, dan buang lensa kontak karena menjebak partikel. - Bilas Kulit dan Tubuh:
Mandi dengan air dingin dan sabun netral selama 20 menit. Hindari air hangat (membuka pori) atau berendam (air bisa terkontaminasi). Jangan gunakan minyak/losion, karena senyawa larut lemak. - Lepas Pakaian:
Potong pakaian terkontaminasi (jangan tarik lewat kepala), simpan di kantong plastik ganda. Cuci terpisah setelah 48 jam di udara terbuka, karena residu CS aktif hingga 5 hari.
2. Larutan Penyangga (Opsional)
- Larutan Natrium Bikarbonat:
Campur 3 sendok teh baking soda dengan 250 ml air (5% larutan). Semprot untuk menetralkan HCl dari hidrolisis CS/CN, lalu bilas dengan air bersih. Gunakan hati-hati, karena dosis salah bisa iritasi kulit. - Susu:
Secara anekdotal, susu menenangkan kulit/mata karena lemaknya melarutkan residu, tetapi CDC tidak merekomendasikan karena tidak steril dan hanya pendingin sementara. Lebih efektif untuk semprotan merica (OC). - Hindari:
Cuka, lemon, atau odol langsung di mata/kulit, karena dapat memperburuk iritasi atau menyebabkan infeksi (Kemenkes RI, UNAIR).
3. Penanganan Lanjutan
- Kompres Dingin:
Gunakan kain dingin setelah pembilasan untuk meredakan pembengkakan mata/kulit. - Pantau Gejala:
Efek hilang dalam 15–30 menit jika dekontaminasi benar. Jika gejala berlanjut >30 menit (sesak napas parah, penglihatan kabur), cari bantuan medis untuk oksigen, antihistamin, atau steroid. - Risiko Khusus:
Anak-anak, ibu hamil, dan penderita asma/PPOK berisiko lebih tinggi (gagal napas, keguguran). Cari dokter segera.
Langkah Perlindungan bagi Demonstran
Untuk tetap aman saat demonstrasi di tengah risiko gas air mata, persiapan fisik, mental, dan logistik sangat penting. Berikut langkah-langkah berdasarkan pengalaman protes global (Hong Kong 2019, Chile) dan rekomendasi CDC, WHO, PHR, serta UNAIR:
1. Persiapan Sebelum Demonstrasi
- Alat Pelindung Diri (PPE):
- Kacamata: Gunakan kacamata renang atau safety goggles rapat untuk melindungi mata. Lensa kontak harus dilepas.
- Masker: Pakai masker N95, masker gas (filter organik), atau kain basah untuk hidung/mulut. Masker bedah kurang efektif.
- Pakaian: Kenakan lengan panjang, celana panjang, sepatu tertutup, dan topi. Gunakan bahan sintetis (bukan katun) untuk mengurangi penyerapan. Hindari makeup, losion, atau minyak di kulit.
- Kacamata: Gunakan kacamata renang atau safety goggles rapat untuk melindungi mata. Lensa kontak harus dilepas.
- Perlengkapan Dekontaminasi:
- Bawa 1–2 liter air dingin (botol semprot lebih praktis) dan larutan salin (NaCl 0.9%) untuk membilas mata/kulit.
- Siapkan kain bersih, handuk kecil, dan kantong plastik untuk pakaian terkontaminasi.
- Larutan baking soda (5%) sebagai cadangan, tetapi utamakan air.
- Bawa 1–2 liter air dingin (botol semprot lebih praktis) dan larutan salin (NaCl 0.9%) untuk membilas mata/kulit.
- Rencana Lokasi:
- Pelajari rute keluar, titik ventilasi, dan sumber air terdekat (misalnya masjid).
- Hindari area tertutup (gang, stadion) karena gas mengendap. Pilih tempat tinggi/berangin.
- Berkoordinasi dengan tim, tetapkan titik kumpul jika terpisah.
- Pelajari rute keluar, titik ventilasi, dan sumber air terdekat (misalnya masjid).
- Persiapan Fisik dan Mental:
- Hindari demonstrasi jika memiliki asma/PPOK; konsultasikan dokter.
- Latih pernapasan perlahan untuk tetap tenang saat terpapar.
- Pahami efek gas air mata bersifat sementara untuk mengurangi panik.
- Hindari demonstrasi jika memiliki asma/PPOK; konsultasikan dokter.
2. Saat Terkena Gas Air Mata
- Jangan Panik:
Tarik napas perlahan melalui kain basah/masker. Panik meningkatkan inhalasi gas. - Lindungi Diri:
Tutup hidung/mulut dengan kain basah, pindah ke area berangin/tinggi, hindari sumber asap. Jangan gosok mata/kulit. - Dekontaminasi:
- Bilas mata dengan air dingin/salin (10–15 menit), miringkan kepala.
- Bilas wajah/kulit dengan air dingin dan sabun netral.
- Lepas pakaian terkontaminasi, simpan di kantong plastik.
- Pernapasan:
Jika sesak napas, duduk tegak, tarik napas perlahan. Gunakan inhaler jika ada asma. - Hindari:
Cuka, lemon, odol, atau minyak di mata/kulit. Susu hanya pendingin sementara, bukan penetral.
3. Setelah Paparan
- Pantau Gejala:
Efek hilang dalam 15–30 menit jika dibersihkan benar. Cari dokter jika gejala berlanjut >1 jam (sesak napas, penglihatan kabur). - Dekontaminasi Lanjutan:
Mandi dengan air dingin dan sabun netral (20 menit). Cuci pakaian terpisah setelah 48 jam diangin-anginkan. - Dokumentasi:
Catat waktu/lokasi paparan, foto luka untuk laporan medis/hukum. Laporkan pelanggaran (misalnya gas kedaluwarsa) ke Komnas HAM.
4. Tips Tambahan dari Protes Global
- Tim Medis:
Koordinasikan dengan relawan medis yang membawa air, salin, atau P3K (pengalaman Hong Kong 2019). - Sinyal Kelompok:
Gunakan isyarat tangan/teriakan untuk komunikasi jika pandangan terganggu. - Gas Kedaluwarsa:
Hindari paparan gas lama (seperti kasus Kanjuruhan 2022), karena terurai menjadi sianida/fosgen. - Hidrasi:
Bawa air minum dan makanan ringan untuk pemulihan energi.
Sumber Verifikasi
- CDC (cdc.gov): Panduan dekontaminasi dengan air dingin dan penghindaran bahan iritan.
- WHO (who.int): Efek kesehatan dan risiko paparan, terutama pada kelompok rentan.
- Physicians for Human Rights (phr.org): Manual penanganan gas air mata dari protes global.
- UNAIR (unair.ac.id): Penelitian toksikologi tentang efek gas air mata di Indonesia.
- Wikipedia/Britannica: Struktur kimia dan mekanisme CS, CN, CR, diverifikasi dengan referensi akademik.
- Protes Global: Laporan Amnesty dan HRW dari Hong Kong, Chile, Mesir tentang efektivitas air dan bahaya bahan seperti cuka/odol.
Jika terpapar gas air mata, tetap tenang, ikuti langkah dekontaminasi, dan cari bantuan medis jika diperlukan. Untuk demonstran, persiapan dan koordinasi adalah kunci untuk tetap aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar