Jelajah Alur Bumi Perkemahan Marunting Batu Aji hingga Tengah Jalur Sei Umbang - Pantai Kubu

Rabu, 15 November 2017 edit

Minggu, 12 November 2017
Berikut ini cerita kami berdua menyusuri jalur berpasir menuju Pantai Kubu via Translik-Bumi Perkemahan Marunting Batu Aji  hingga pertengahan jalur Sei Umbang dan Pantai Kubu. Pagi yang cukup cerah sangat kondusif buat bersepeda santai.



Jalur yang kami lalui ini di ruas tertentu sudah sering kali kami lalui, hanya satu ruas saja yang benar-benar baru kami lalui 12 November 2017 ini yaitu ruas pada KM 19 hingga KM 26,60.


Dari rumah kami berangkat agak kesiangan, sebab kami targetkan pukul 05.00 WIB harus sudah di atas sepeda, nyatanya 24 menit kemudian aplikasi Runtastic baru saya aktifkan, pertanda kami siap gowes. Menyiapkan sediaan air minum dan beberapa kue. Biasanya kami selalu membawa pisang tapi semalam tidak sempat belanja, jika pagi warung buah belum ada yang buka. Dari rumah menuju Bundaran Pancasila (Bupa) mengarah ke Bandara Iskandar, di pertigaan Hypermart belok kanan ke arah Pasir Panjang. Suasana masih sepi sebagaimana minggu pagi lalu-lalu. Hanya kabut sedikit tampak di kejauahan sekitar 1 KM di depan kami. Pertigaan kedua arah Pasir Panjang kami belok kanan lagi mengikuti rute Gowes HUT Kabupaten Kobar 22 Oktober lalu, sampai di pertigaan Translik belok kiri, tepat di pojok jalan ada toko kecil. Sampai sini jarak yang kami tempuh sekitar 6 KM dalam waktu 18 menit, artinya kami bersepeda cukup santai, hanya 3 menit setiap km-nya. Udara cukup sejuk.

Pertigaan Translik Pasir Panjang

Dari pertigaan Translik Pasir Panjang ini jalanan beraspal kurang lebih 2 KM hingga Hutan Kota. Iya ada plank Hutan Kota yang dominan berwarna hijau dengan tulisan berwarna kuning, tapi hutannya tidak tampak, rada aneh. Tidak jauh dari Hutan Kota ini jalanan bercabang, ke arah kiri menuju TPA dan ke sebelah kanan menuju kampung Kalimati Baru.

Hutan Kota
Kami pilih arah kiri menuju TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah warga kota Pangkalan Bun. Jalanan tidak lagi beraspal, jalan tanah urug berwarna kuning. Biasanya permukaan jalan ini bergelombang akibat tergerus air hujan. Tapi hari minggu ini jalanan relatif mulus karena baru saja di sisir dengan alat berat hari sebelumnya. Sampai dengan TPA ini jalan lancar dan disambut dengan gapura warna putih yang terlihat kokoh. Walau aroma khas sampah mulai menyeruak mengisi lubang hidung, kami lanjutkan menekan pedal lebih kuat agar sesegera mungkin terbebas dari aroma sampah.  Beberapa lalat sempat mengikuti kami hingga beberapa km kedepan. Jijik tapi sulit diusir juga.

TPA Sampah Kota Pangkalan Bun
Sekitar di KM 10,4 kami menjupai pertigaan jalan yang bila ke kiri akan sampai Desan Sei Sintuk. Di jalur ini di sebelah kiri mulai kami temui kebun sawit milik warga sedangkan di sebelah kanan masih ditumbuhi semak belukar. Kami mengambil arah lurus. Aroma sampah berganti dengan bau sedap khas hutan dengan kesejukannya. Lega.


Jalur yang ini sebenarnya dulu pernah dibuat cukup lebar, namun seiring waktu jalanan dikuasai semak belukar lagi. Jalanan hanya sesekali dilalui mobil dan kendaraan roda dua milik orang yang berkepentingan dengan kebun sawitnya. Bahkan ujung jalan ini menjadi jalan setapak yang hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Daerah ini memang relatif baru tersentuh kebun kelapa sawit yang di daerah lain di Kalimantan sudah mengubah wajah hutan Borneo. Jalannya memang cukup keras nyaris tidak kita jumpai jalanan berpasir. Genjotan sepeda pun sangat ringan hanya sesekali kami harus menghindari juluran tumbuhan semak. Kami sempatkan mengambil video perjalanan itu walau sangat pendek. Sebenarnya ingin merekam apa yang kami lihat namun apa daya sarana terbatas, hanya bermodal kamera gawai apa adanya.



Ujung jalan translik ini bertemu dengan jalan yang juga menuju ke Kalimati Baru bila ambil arah kanan, kalau ambil arah kiri memasuki kebun sawit yang sudah mulai panen. Jalanan relatif bagus meski beberapa berupa pasir bercampur tananh liat yang keras sejauh kurang lebih 1 KM. Penghujung jalur ini akan ditemui pertigaan yang di dekatnya akan dijumpai mess milik perkebunan sawit. Dari arah kami datang bila lanjut ke kiri akan menuju ujung Desa Sei Sintuk (jalur adventure gowes HUT Kobar tahun ini), bila ambil jalur kanan akan menuju Bumi Perkemahan Maruting Batu Aji. Di sini kami istirahat sejenak, untuk minum air dan makan kue bawaan. Sampai sini rasa capek belum ada, udara segar dan cahaya matahari masih belum jelas tampak-nya.

Istirahat sejenak setelah menempuh jarak 15 KM dengan waktu tempuh 57 menit.
Berikutnya kami akan melanjutkan perjalanan menuju bumi perkemahan. Ini adalah tempat berkemah yang digunakan waktu-waktu tertentu saja. Daerah dipenuhi semak belukar berpasir dan bila musim hujan akan terendam air. Sepanjang alur jalan menuju buper ini kanan kiri ditemui kebun sawit baru. jalanan awalnya berupa tanah gambut dan akan dihadang berupa kubangan lumpur gambut warna coklat kehitaman. Jalur ini hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Di sisi kanan jalan akan ditemui gubuk penjaga kebun sawit. Berlanjut di sisi kanan jalan akan ditemui plang yang menyatakan itu adalah daerah latihan menembak untuk brimop Kabupaten Kotawaringin Barat. Plang dengan tulisan warna merah tersebut agak sedikit tersembunyi tertutup rerimbunan daun.


Mendekati bumi perkemahan jalan berpasir semakin sering kami temui. Ketebalan pasir itu sering memaksa kami untuk turun dan melanjutkan perjalanan dengan menuntun sepeda. Di sini hampir semua jalanan berpasir tebal. Sepanjang jalur ini banyak sekali perempatan. Andai tidak menggunakan GPS pastilah kami tidak akan sampai tujuan. Untung saja sinyal GSM provider masih cukup untuk memandu kami. Kalaupun jika pada peta tidak terlihat jalur/jalan maka kami hanya berpatokan arah matahari dan mana yang lebih mendekati arah pantai saja.



Jalur berpasir sangat tebal ditemui di KM 18 hingga KM 26 pada alur perjalanan kami. Terpaksa sepeda kami harus tuntun, hanya sesekali bila jalanan relatif keras dan sedikit berpasir kami kendarai. Dengan menguatkan pegangan di stang sepeda dan memutar pedal secara ringan dan cepat beberapa jalur berpasir itu dapat terlewati. Pada rute ini beberapa kali memasuki perkebunan sawit dan kadang menyusuri tepi kebun sawit milik perkebunan warga. Tidak ada kami temui tanjakan, yang ada adalah uji kekuatan melewati medan berpasir saja. sensasinya sungguh luar biasa. Sekitar KM 25 kami mulai mendapati jalan lebar dengan kerukan parit kanan kiri. Rupanya ini adalah daerah perkebunan sawit milik PT NSP yang ada di sebelah kiri jalan. Sebelah kanan mungkin lahan milik warga. Sebelum pertigaan akan ditemui pos jaga PT NSP dan batas kebun sawit milik warga. Ini sudah dekat dengan jalanan aspal.  Tidak lama kami sampai juga pada jalanan aspal yang relatif mulus yang menghubungkan Pantai Kubu (ke arah kiri) dengan Pantai Teluk Bogom (ke arah kanan). Di pojok pertigaan sudah ada perumahan warga dan dijumpai warung kecil. Di tengah pertigaan teronggok tumpukan batu belah.



Jalan aspal pertama yang kami temui untuk menuju ke pantai berupa tanjakan yang cukup memaksa kaki menekan pedal sedikit lebih kuat. Total ada sekitar 3 tanjakan hingga sampai Pantai Kubu. Jalanan relatif sepi, hanya beberapa kali berpapasan dengan pengendara roda empat dan roda dua. Punggung kami terasa memanas akibat terpaan mentari. Penanda bahwa pantai tujuan kami sudah depat adalah adanya menara BTS operator selular dan tidak lama akan kami temui jembatan yang berjarak sekitar 200 meter dengan bibir jalan masuk Pantai Kubu.


Sesampainya di Pantai Kubu kami melepas lelah sejenak, melucuti sarung tangan dan helm serta sepatu. Kami pun memesan kelapa muda 2 buah pada warung dekat pantai, berpesan agar tidak ditambahi apapun, maunya yang asli degan. Tidak lama kelapa muda pesanan tersaji, dan kami asyik dengan apa yang kami hadapi. Rasa segar menyeruak di leher hingga lambung. Barang kali ini adalah asupan mineral alami yang paling enak saat itu. Tidak lebih dari 10 menit semua bersih, kelamutan akhir pun masih terasa nikmatnya.  Santai sejenak menikmati hembusan angin pantai sekitar 5 menit sembari memejamkan mata. Udara sekitar mulai menyengat walau kami berteduh di bawah pohon. Sekitar pantai mulai ramai dikunjungi warga. Mereka berswafoto di ikon pantai yang bertuliskan Pantai Kubu dengan huruf raksasa berwarna merah. Kami sendiri tidak tertarik untuk berfoto di situ mengingat sudah sering melakukannya.


Setelah puas kami lanjutkan perjalanan pulang untuk mengambil jalur aspal, walaupun udara mulai tidak bersahabat. Sengaja kami ambil rute lain namun di bagian tengah jalur kami masuk ke jalur semula sebagaimana peta di atas. Udara sungguh terik. Sesekali kami menyeka keringat. Salah sekah keringat di wajah pedihnya luar biasa jika masuk ke mata. Jika sudah begitu kami mesti mengguyur wajah dengan air minum sekalian agar wajah lebih seger juga. Sekitar 4 jam 57 menit kami tempuh perjalanan hingga sampai dengan selamat di rumah.

Alur perjalanan kami dapat dilihat pada Runtastic di sini.
Bagikan di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2015-2024 Urip dot Info | Disain Template oleh Herdiansyah Dimodivikasi Urip.Info